Terkait buku Antologi Puisi "Perempuan Makassar", Kembong Daeng mengatakan, diberi judul begitu karena salah satu puisi dalam buku tersebut berjudul "Perempuan Makassar".
Puisi yang berkisah tentang perempuan sebagai jenis kelamin maupun peran sosial (gender) itu dianggap bisa mewakili isi bukunya.
Selain berkisah tentang perempuan, puisi-puisinya juga bertema cinta dan kasih sayang kepada Tuhan, orang tua, keluarga, dan mahasiswa, di samping puisi-puisi bertema alam sekitar dan kampung halaman.
"Saya tertarik menulis puisi dalam bahasa Indonesia karena mau buktikan, saya bisa menulis dalam bahasa Indonesia," katanya memberi alasan.
Baca Juga:Bobol Warung Warga, 2 Pria di Tanjungbalai Ditangkap Polisi
Selama ini, Kembong Daeng memang dikenal sebagai sosok yang tekun menulis buku ajar berbahasa daerah, khususnya bahasa Makassar.
Buku-buku yang sudah dihasilkan, baik individu atau tim, antara lain: "Gaya Bahasa Makassar", "Sintaksis Bahasa Makassar", "Pappilajarang Basa Mangkasarak untuk SD kelas I-VI (Sipakainga)", "Pappilajarang Basa Mangkasarak untuk SMP kelas VII-IX", "Kosakata Tiga Bahasa (Indonesia-Makassar-Bugis), dan "Kelong-kelongna Tau Mangkasaraka".
Mayong Maman, Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNM, yang hadir dalam acara perdana "Sastra Sabtu Sore" itu, mengapresiasi karya-karya yang sudah ditelorkan Kembong Daeng.
Sementara Yudhistira Sukatanya, penulis, sutradara teater, dan sastrawan, yang aktif memajukan dunia literasi di Sulsel, juga memuji pengabdian yang ditunjukkan Kembong Daeng.
"Tidak banyak pengajar yang rutin berkarya, termasuk perempuan penyair yang tetap produktif membukukan pemikiran-pemikirannya," puji Yudhistira Sukatanya.
Baca Juga:Anita Kolopaking Tolak Perpanjang Masa Penahanan, Ini Alasannya
Beberapa puisi Kembong Daeng dibacakan, antara lain oleh Rosita Desriani, yang membaca puisi Rahasia Ilahi, dan Yudhistira Sukatanya yang membaca puisi Makna Ketulusan.