- Pemerintah kota Makassar berkomitmen memastikan tidak ada lagi anak yang terhalang biaya untuk sekolah
- Pemkot Makassar menyiapkan jalur ganda bagi anak-anak yang terputus sekolah
- Sepanjang tahun 2024 ada sekitar 140 ribu anak di Sulsel tidak bersekolah atau putus sekolah
SuaraSulsel.id - Dinas Pendidikan Makassar mengaku prihatin dengan kasus anak yang kehilangan akses pendidikan hanya karena tak mampu menebus ijazah di tingkat SMP.
"Ini sangat miris bagi kami di dunia pendidikan," ujar Kepala Disdik Makassar, Achi Soleman, Rabu (29/10).
Ia menegaskan, pemerintah kota Makassar berkomitmen memastikan tidak ada lagi anak yang terhalang biaya untuk sekolah.
Termasuk yang menempuh pendidikan di sekolah swasta.
"Kalau ada yang seperti ini, silakan lapor lewat aplikasi Lontara. Kami akan bantu segera," ujarnya.
Menurut Achi, Pemkot kini menyiapkan jalur ganda bagi anak-anak yang terputus sekolah.
Mereka yang masih usia sekolah bisa kembali ke pendidikan formal, sementara yang sudah melewati batas usia diarahkan ke jalur nonformal seperti paket A, B, atau C.
"Semua anak harus punya kesempatan belajar. Karena pendidikan bukan soal ijazah semata, tapi soal harapan," tegasnya.
Namun bagi sebagian keluarga miskin, harapan sering kali terasa terlalu mahal. Mereka memilih menyerah sebelum sempat berjuang.
Baca Juga: LPSK Turun Tangan! Keluarga Korban Pembakaran DPRD Makassar Dapat Perlindungan
Anak-anak akhirnya bekerja di jalan, di pasar, atau terseret pergaulan yang salah lingkaran yang terus berulang dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Data Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan mencatat, sepanjang tahun 2024 ada sekitar 140 ribu anak di provinsi ini yang tidak bersekolah atau putus sekolah. Mayoritas di antaranya berhenti di jenjang SD dan SMP.
"Faktor utama tetap ekonomi," kata Kepala Dinas Pendidikan Sulsel, Iqbal Nadjamuddin, Rabu, 29 Oktober 2025.
"Sebagian menikah dini, sebagian lagi terseret masalah hukum," lanjutnya.
Di Kabupaten Bone, angka anak putus sekolah bahkan mencapai 17 ribu orang. Mereka berasal dari keluarga yang sebagian besar bekerja serabutan. Petani, buruh, dan nelayan yang kadang tak cukup uang.
"Tahun lalu kami berhasil mengembalikan sekitar 5.573 anak ke bangku pendidikan melalui program kesetaraan dan PKBM," ucapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Begini Cara FEB Unhas Dorong Pelaku UMKM Maros Lebih Adaptif dan Tahan Banting
-
5 Ide Liburan Keluarga Anti Bosan Dekat Makassar Sambut Akhir Tahun
-
WNA Asal Filipina Menyamar Sebagai Warga Negara Indonesia di Palu
-
Pelindo Regional 4 Siap Hadapi Lonjakan Arus Penumpang, Kapal, dan Barang
-
Hutan Lindung Tombolopao Gowa Gundul Diduga Akibat Ilegal Logging