- Mengembangkan hasil hutan bukan kayu melalui inovasi budidaya jamur tiram
- Dosen Fakultas Kehutanan dengan fokus penelitian pada produk hutan non-kayu
- Jamur tiram memiliki nilai gizi yang baik dan sangat potensial dikembangkan sebagai pangan sehat
SuaraSulsel.id - Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin (Unhas) mengembangkan hasil hutan bukan kayu melalui inovasi budidaya jamur tiram yang dilakukan di Kampung Rimba, kawasan Fakultas Kehutanan, Kampus Tamalanrea.
Budidaya ini dipimpin oleh DR Ir Baharuddin, dosen Fakultas Kehutanan dengan fokus penelitian pada produk hutan non-kayu.
Ditemui pada Selasa (21/10/2025), Baharuddin menjelaskan bahwa budidaya jamur tiram ini memanfaatkan limbah kayu yang bernilai ekonomi dan ramah lingkungan.
“Kami memanfaatkan serbuk kayu sebagai bahan utama. Serbuk tersebut dimasukkan ke dalam baglog sebagai media tumbuh jamur. Kegiatan ini awalnya bertujuan sebagai bahan penelitian,” jelas Bahar.
Ada enam mahasiswa yang terlibat dalam penelitian budidaya jamur tiram ini.
Selain dari Unhas juga terdapat mahasiswa dari universitas lain.
Menurut Bahar, jamur tiram memiliki nilai gizi yang baik dan sangat potensial dikembangkan sebagai pangan sehat.
“Nilai jualnya cukup tinggi karena jamur tiram mengandung karbohidrat rendah dan protein yang hampir setara dengan karbo. Ini sangat baik untuk penderita diabetes dan juga ramah lingkungan,” ungkapnya.
Harga jual jamur tiram mencapai Rp25.000–Rp30.000 per kilogram, dengan peminat yang terus meningkat.
Baca Juga: UNG Siap Cetak Dokter Spesialis Anestesi, Kolaborasi dengan Unhas
Namun, Bahar mengakui bahwa masih ada beberapa tantangan dalam proses produksi.
Tantangan utama yang dihadapi ialah keterbatasan jumlah baglog yang baru mencapai kurang dari 1.000 unit, sementara target produksi mencapai 5.000 baglog agar mampu memenuhi permintaan sekitar 10 kilogram per hari.
Selain itu, pengaturan suhu dan kelembaban juga menjadi hal penting dalam proses budidaya.
“Kelembapan ruangan harus mencapai sekitar 85% dengan suhu antara 23–28°C. Kami menjaga kondisi ini dengan cara sederhana seperti menyiram lantai agar tetap lembab,” ujar Bahar.
Peminat jamur tiram cukup tinggi, namun belum dapat dipenuhi seluruhnya. Saat ini, fokus pasar jamur tiram adalah sivitas akademika Unhas yang terbatas dan masyarakat sekitar kampus saja.
“Sebenarnya sudah banyak peminatnya, tapi kami masih khawatir tidak bisa memenuhi permintaan karena produksi masih kecil. Saat ini kami baru mampu menghasilkan sekitar 3–4 kilogram per hari,” tambahnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
Terkini
-
Gubernur Sulsel Update Penanganan Tim Medis di Sumatera: Evakuasi Pasien Berlangsung Intensif
-
Gubernur Sulsel Serahkan Bantuan Keuangan Rp 10 M di Peresmian Kolam Labu Bentenge Bulukumba
-
Jufri Rahman Apresiasi Peran Vital Bank Indonesia Jaga Stabilitas dan Pertumbuhan Ekonomi Sulsel
-
Fatmawati Rusdi Kunjungi Posyandu Matahari Gowa: Jaga Komitmen Penurunan Stunting Menuju 19 Persen
-
Gubernur Sulsel Hadiri Workshop SMK Go Global, Persiapkan Lulusan Bekerja di Luar Negeri