Muhammad Yunus
Selasa, 23 September 2025 | 14:48 WIB
Saripah, perempuan pengemudi ojek online meratapi motornya yang habis dibakar saat perang kelompok pecah di kota Makassar [SuaraSulsel.id/Istimewa]
Baca 10 detik
  • Sehari-hari Saripah bekerja sebagai ojek online. Sementara suaminya hanya buruh angkut kaca harian.
  • Kelompok bertopeng melampiaskan amarah dengan membakar kendaraan yang terparkir
  • Motor setiap hari digunakan untuk mencari uang menghidupi keluarganya

SuaraSulsel.id - Air mata Saripah tumpah. Ia tak bisa menahan tangis saat melihat motornya yang kini tinggal bangkai di halaman rumahnya.

Bagi perempuan 34 tahun itu, motor matic hitam itu bukan sekadar alat transportasi. Namun, penopang hidup untuk mencari nafkah sebagai pengemudi ojek online di Kota Makassar.

Pada Senin malam hingga dini hari, 22–23 September 2025, menjadi malam paling kelam dalam hidupnya.

Dua motor yang ia dan suaminya miliki habis dilalap api saat bentrokan antarwarga pecah di Jalan Layang dan Lorong 148, Kecamatan Tallo.

"Iya, motorku dan motornya suamiku dibakar. Saya tinggal di Lorong 148," ucap Saripah lirih, matanya basah.

Sehari-hari Saripah bekerja sebagai ojek online. Sementara suaminya, Ismail, hanya buruh angkut kaca harian.

Dua motor itu adalah tumpuan mereka. Ironisnya, salah satu motor yang dibakar masih dalam masa cicilan.

"Motor suamiku masih dicicil. Sekarang sudah tidak ada lagi. Saya tidak tahu bagaimana cari uang lagi," kata Saripah sambil terisak.

Ia menceritakan sebelum motornya dibakar, suasana di sekitar rumahnya sebenarnya sudah sempat kondusif.

Baca Juga: Teror Busur Hantui Makassar: Dari Remaja Hingga Polisi Jadi Target, Apa yang Terjadi?

Perang antar kelompok sebelumnya memang terjadi di sekeliling rumahnya.

Aparat gabungan polisi dan TNI berpatroli dan meminta warga kembali ke rumah. Namun, menjelang azan Subuh, kelompok pria bertopeng muncul.

Ia tak habis pikir jika peristiwa itu akan berdampak terhadap harta berharga yang ia miliki.

Kelompok tersebut diduga murka karena tak menemukan lawan, mereka melampiaskan amarah dengan membakar kendaraan yang terparkir.

"Mungkin karena tidak ada lawannya yang dia cari makanya motorku yang dibakar," tutur Saripah.

Ia mengaku sudah melaporkan kejadian ini ke Polrestabes Makassar.

Saripah berharap polisi bisa mengungkap siapa dalang di balik hangusnya roda yang setiap hari mengantarkannya mencari uang untuk menghidupi keluarganya.

"Saya sudah lapor ke Polrestabes Makassar. Semoga pelakunya bisa ditangkap," harapnya.

Kepala Seksi Humas Polrestabes Makassar, AKP Wahiduddin mengaku sudah menerima aduan tersebut. Penyelidikan sedang dilakukan untuk mencari pelaku pembakaran.

"Sudah dalam proses," sebutnya.

Perang Berulang

Perang kelompok antara warga Jalan Layang dan Lorong 148 bukan kali pertama terjadi. Pertikaian itu sudah pecah sejak Sabtu, 20 September 2025.

Namun perselisihan antar kelompok di kawasan ini sebenarnya telah berlangsung bertahun-tahun. Berbagai cara damai sudah dicoba tapi tak pernah bertahan lama.

Insiden terbaru ini bahkan kembali menambah daftar korban. Tiga warga terkena busur panah, yakni Fadli (26) terluka di mata kiri, Nova Aisyah Mutmainnah (17) terkena busur di leher belakang, dan Arsad (39) di betis kiri.

Sebuah anak panah menancap di leher Nova saat sedang menikmati semangkok bakso pada Senin, 22 September 2025 malam.

"Sampai hari ini korban belum ada yang melapor ke Polsek," kata Kapolsek Tallo, Kompol Syamsuardi saat dikonfirmasi.

Ia menjelaskan, bentrokan kembali pecah saat aparat Tripika Kecamatan Tallo tengah rapat membahas keamanan dan upaya damai.

Suara petasan yang tiba-tiba meledak dari lorong belakang seakan menjadi tanda pecahnya perang baru.

"Waktu Polri-TNI rapat untuk mendamaikan kelompok ini, seketika ada lagi (perang). Jadi kegiatan mendamaikan kedua kubu yang sering bertikai dihentikan," terangnya.

Aparat gabungan dari Koramil 1408-02, Polsek Tallo, hingga Patroli Motor Sabhara Polrestabes Makassar langsung turun tangan. Penyisiran dilakukan hingga dini hari.

Bahkan, polisi sempat melepaskan tembakan peringatan karena mendapat perlawanan dari warga.

Saat ini pengamanan berlapis dilakukan. Puluhan personel polisi bersiaga di lokasi selama 24 jam.

"Kami lakukan penebalan personel, ada 30 polisi berjaga 24 jam di lokasi. Kami cari cara agar mereka bisa berdamai," ucap Syamsuardi.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More