SuaraSulsel.id - Geraldine Nadya Talumewo atau Dea Geraldine mungkin baru pertama kali menjejakkan kakinya di dunia pageant, tetapi langkahnya langsung mencuri perhatian.
Finalis asal Sulawesi Selatan itu berhasil menembus Top 16 ajang Miss Universe Indonesia 2025, menyingkirkan ratusan pendaftar lainnya.
"Awalnya saya pikir hanya coba-coba. Kalau gagal ya sudah. Ternyata bisa sampai Top 16," ujar Dea dengan nada masih tak percaya.
Tahun ini, Miss Universe Indonesia memang tampil berbeda. Para finalis dipilih bukan hanya dari latar belakang pageant.
Melainkan juga individu dengan beragam profesi, budaya, dan pengalaman hidup. Diversitas itu membuat tiap peserta tampil dengan keunikan masing-masing.
"Jadi memang dicari finalis yang unik, tidak seragam, dan punya cerita sendiri," kata Dea.
Dari Malu-malu Jadi Berani
Gadis kelahiran Makassar tahun 1998 itu mengaku baru tahun lalu mulai melirik dunia pageant.
Dorongan datang dari teman-temannya yang lebih dulu mengikuti kontes kecantikan.
Baca Juga: 5 Kerajinan Tangan Khas Sulawesi Selatan Cocok Jadi Souvenir, Dari Boneka Kayu Sampai Kain Kafan
Meski awalnya ragu, ia memberanikan diri mengikuti audisi. Baginya, ajang ini lebih dari sekadar catwalk.
"Yang dinilai bukan hanya cara jalannya, tapi juga personality. Juri bisa melihat potensi yang kadang kita sendiri tidak sadar," tuturnya.
Persiapan menuju malam final dilakukan serius. Ia berlatih dengan coach pribadi, mengikuti sesi pemotretan, hingga membangun mental menghadapi kompetisi.
Dengan persiapan di balik semua itu, Dea ingin tampil penuh percaya diri. Ia fokus mengangkat potensi industri kreatif perempuan, khususnya di daerah asalnya, Sulawesi Selatan.
Visi untuk Industri Kreatif Perempuan
Sejak lama, Dea aktif dalam pemberdayaan perempuan. Ia terlibat bersama Fempire, sebuah NGO sekaligus social enterprise yang berdiri pada 2021.
Fempire berfokus pada pendidikan, mentoring, dan komunitas bagi perempuan muda. Dea berperan sebagai Brand Marketing Manager, merancang strategi branding dan pemasaran.
"Walau sedang hiatus, tujuan kami sama. Intinya membantu perempuan percaya diri dengan potensinya," kata Dea.
Fempire memiliki sejumlah inisiatif, mulai dari Fempathy (program bantuan sosial dan beasiswa) hingga #Femily, komunitas perempuan yang aman dan inklusif.
Melalui ruang-ruang itu, perempuan diharapkan bisa berkembang sekaligus memberi dampak sosial.
Kini, melalui Miss Universe, Dea ingin memperluas fokusnya. Ia ingin industri kreatif perempuan mendapat sorotan lebih besar.
Inspirasi Dari Inacraft
Inspirasi itu semua bermula saat Dea terlibat di pameran Inacraft, expo kerajinan tangan terbesar di Asia.
Saat itu, ia membantu mendesain booth dan berinteraksi langsung dengan para pelaku industri kreatif dari berbagai daerah.
"Saya lihat langsung karya-karya luar biasa. Ada tas dari daun lontar, kain etnis, sampai furnitur. Semuanya unik dan berpotensi besar," ungkap alumni Curtin University itu.
Pengalaman tersebut membuatnya yakin, produk kreatif perempuan bisa menjadi tulang punggung ekonomi daerah. Apalagi, banyak pengrajin lokal di Sulsel yang hasil karyanya belum dikenal luas, padahal memiliki kualitas internasional.
"Kalau diberi dukungan yang tepat, mereka bisa jadi pemain global. Apalagi fokus pemerintah saat ini Indonesia Emas di 2045," katanya.
Fokus Dea sejalan dengan visi Miss Universe Indonesia tahun ini yang mengusung tema "Indonesian by Heart, Rising to the Universe".
Ajang ini menekankan lima pilar The Modern Indonesian Sophisticate: kecerdasan, spiritualitas, kesehatan fisik, koneksi sosial, dan kreativitas.
Menurut Dea, industri kreatif perempuan adalah jalan untuk menggabungkan semua nilai itu. Kreativitas bukan hanya tentang seni, melainkan juga peluang ekonomi.
"Kalau perempuan diberi ruang berkarya, otomatis mereka mandiri secara finansial dan lebih berdaya," ujarnya.
Ia berharap, sorotannya terhadap isu ini bisa menginspirasi generasi muda, tak hanya di Sulsel, tapi Indonesia juga. Bahwa perempuan tidak harus menunggu kesempatan datang dari luar, tetapi bisa menciptakan peluang dari budaya dan tradisi sendiri.
Dea sadar, banyak yang masih memandang pageant hanya sebagai kontes kecantikan. Namun baginya, panggung ini adalah ruang strategis untuk menyuarakan isu sosial.
Dengan langkahnya di Top 16, Dea membuktikan bahwa perempuan Sulsel bisa tampil percaya diri dengan membawa identitas dan isu yang kuat.
Ke depan, ia berkomitmen terus mendukung tumbuhnya industri kreatif perempuan, baik lewat panggung pageant maupun aktivitas sosial yang sudah lama ia tekuni.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
BMKG Minta 12 Daerah di Sulawesi Selatan Waspada
-
Ditolak Banyak RS, Muh Ikram Langsung Ditangani RSUD Daya: Kisah Anak Yatim Viral di Makassar
-
Begini Cara FEB Unhas Dorong Pelaku UMKM Maros Lebih Adaptif dan Tahan Banting
-
5 Ide Liburan Keluarga Anti Bosan Dekat Makassar Sambut Akhir Tahun
-
WNA Asal Filipina Menyamar Sebagai Warga Negara Indonesia di Palu