Muhammad Yunus
Kamis, 24 Juli 2025 | 13:39 WIB
Gubernur Sulsel Andi Sudirman kunjungan kerja ke Kementerian Pekerjaan Umum (PU) di Jakarta [Suara.com/Humas Pemprov Sulsel]

SuaraSulsel.id - Sebagai salah satu lumbung pangan nasional, kondisi infrastruktur irigasi di Sulawesi Selatan (Sulsel) kini berada di titik yang mengkhawatirkan.

Ancaman penurunan produktivitas pertanian membayangi provinsi ini, mendorong Gubernur Andi Sudirman Sulaiman untuk melakukan langkah strategis dengan mendesak percepatan perbaikan dari pemerintah pusat.

Upaya ini bukan tanpa alasan, sebab data menunjukkan mayoritas jaringan irigasi di wilayah tersebut mengalami kerusakan.

Kondisi kritis ini menjadi agenda utama dalam kunjungan kerja Gubernur Andi Sudirman Sulaiman ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di Jakarta.

Diterima langsung oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA), Dwi Purwantoro, Gubernur memaparkan data yang menjadi alarm bagi ketahanan pangan nasional.

Berdasarkan data yang dipaparkan, hanya sekitar 27 persen jaringan irigasi di Sulawesi Selatan yang berada dalam kondisi baik.

Sementara itu, 41 persen sisanya mengalami kerusakan sedang hingga berat, dan sisanya rusak ringan.

Angka ini menegaskan adanya kebutuhan mendesak untuk intervensi perbaikan masif agar fungsi vital irigasi sebagai penopang utama pertanian tidak lumpuh.

Komitmen Anggaran dan Aksi Cepat Pemerintah Provinsi

Baca Juga: Gubernur Sulsel Surati Prabowo, Minta Evaluasi Tambang Emas Raksasa di Luwu

Menyadari urgensi tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan tidak hanya menunggu bantuan pusat.

Sebagai bukti komitmen serius, Pemprov Sulsel telah melakukan realokasi anggaran signifikan pada tahun ini untuk mendanai perbaikan infrastruktur.

Total anggaran sebesar Rp1,4 triliun telah dialokasikan melalui skema multiyears untuk sektor Bina Marga dan Sumber Daya Air.

Langkah konkret ini diarahkan untuk memperbaiki jaringan irigasi yang berada di bawah kewenangan provinsi.

Gubernur Andi Sudirman Sulaiman merinci target yang ingin dicapai melalui alokasi anggaran tersebut.

“Khusus untuk irigasi yang menjadi kewenangan provinsi dan mengalami kerusakan berat, kami telah mengusulkan perbaikan untuk 22.274 hektare. Selain itu, kami juga mengusulkan program optimalisasi lahan irigasi dengan kebutuhan anggaran lebih dari Rp100 miliar untuk 10 lokasi irigasi di berbagai kabupaten,” jelas Gubernur.

Upaya ini juga didukung dengan kesiapan teknis di lapangan. Gubernur menekankan pentingnya percepatan eksekusi untuk proyek-proyek yang dokumen pendukungnya telah lengkap, seperti data Calon Petani Calon Lokasi (CPCL) dan Detail Engineering Design (DED).

Kesiapan ini menjadi modal penting untuk memastikan anggaran yang dialokasikan dapat segera direalisasikan menjadi pembangunan fisik yang bermanfaat bagi petani.

Sinergi Pusat dan Daerah sebagai Kunci Solusi

Meski Pemprov Sulsel telah bergerak cepat, sebagian besar jaringan irigasi utama berada di bawah kewenangan pemerintah pusat.

Oleh karena itu, sinergi dan kolaborasi antara pusat dan daerah menjadi kunci utama untuk mengatasi krisis ini secara menyeluruh.

Kunjungan Gubernur ke Kementerian PUPR merupakan langkah proaktif untuk memastikan proyek-proyek strategis di Sulsel mendapatkan prioritas.

Dalam pertemuan tersebut, dibahas pula potensi percepatan pembangunan Daerah Irigasi (DI) yang lebih luas jika didukung oleh anggaran dari pusat.

“Dengan anggaran sekitar Rp500 miliar, kita bisa menyelesaikan pembangunan Daerah Irigasi (DI) seluas 40.000 hektare. Kami juga telah menyiapkan DED untuk pembangunan 100 embung dengan teknologi pompa tenaga surya,” pungkas Andi Sudirman Sulaiman.

Inisiatif pembangunan 100 embung berteknologi pompa tenaga surya menunjukkan visi jangka panjang Pemprov Sulsel.

Solusi inovatif ini tidak hanya bertujuan menyediakan air, tetapi juga mengatasi masalah keterbatasan akses listrik di area pertanian terpencil, sekaligus menjadi solusi ramah lingkungan yang mengurangi biaya operasional petani.

Perbaikan infrastruktur irigasi di Sulawesi Selatan bukan lagi sekadar program pembangunan rutin, melainkan sebuah misi penyelamatan untuk menjaga stabilitas produksi pangan nasional.

Kolaborasi erat, alokasi anggaran yang tepat sasaran, serta inovasi teknologi diharapkan dapat mengembalikan fungsi optimal jaringan irigasi.

Memastikan air mengalir lancar ke sawah-sawah petani, dan pada akhirnya memperkokoh posisi Sulawesi Selatan sebagai penyangga utama ketahanan pangan Indonesia.

Load More