Eviera Paramita Sandi
Jum'at, 11 Juli 2025 | 20:08 WIB
Kepala Sentra Wirajaya Makassar, Nur Alam [Suara.com /Loresia Clara]

SuaraSulsel.id - Kementerian Sosial (Kemensos) menemukan sejumlah anak dari keluarga mampu mencoba mendaftar ke Sekolah Rakyat di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Padahal sekolah ini secara khusus ditujukan bagi anak-anak dari kategori miskin ekstrem.

Temuan itu terungkap saat dilakukan asesmen dan verifikasi lapangan terhadap para pendaftar oleh tim terpadu dari berbagai instansi pemerintah.

Sekolah Rakyat merupakan program kolaboratif antar kementerian, termasuk Kemensos, Kementerian PUPR, Badan Pusat Statistik (BPS), dan lembaga lainnya.

Program ini membuka akses pendidikan gratis dan berbasis asrama (boarding school) bagi anak-anak dari keluarga yang sangat miskin, termasuk di Kota Makassar.

"Iya, beberapa pendaftar online ternyata berasal dari keluarga yang tergolong mampu, jadi kami lakukan verifikasi sangat hati-hati. Kami tidak ingin program ini disalahgunakan," kata Kepala Sentra Wirajaya Makassar, Nur Alam, Jumat, 11 Juli 2025.

Ia menegaskan, setelah pendaftaran dilakukan, verifikasi dilakukan secara berlapis melalui kunjungan rumah dan asesmen sosial.

Tim gabungan meninjau langsung kondisi ekonomi, lingkungan tempat tinggal, dan data administrasi untuk memastikan setiap siswa yang diterima benar-benar layak secara sosial dan ekonomi.

Nur Alam mengakui bahwa sistem pendaftaran daring memang memudahkan proses rekrutmen. Namun juga membuka peluang bagi pendaftar yang tidak sesuai kriteria.

Baca Juga: Makassar Bakal Punya Stadion Megah! Rp500 Miliar Digelontorkan, Kapan Rampung?

Karena itu, Kemensos dan tim terkait tetap melakukan kontrol ketat di lapangan.

"Tidak semua data di online bisa dijadikan acuan. Kami melihat langsung ke rumah, mewawancarai tetangga, dan mencocokkan data ekonomi dari BPS. Kami ingin program ini menyasar tepat sasaran," ucapnya.

Sekolah Rakyat setara SMP di Makassar dirancang menampung 150 siswa tingkat SMP dari kategori miskin ekstrem.

Lokasinya berada di kawasan Salodong, Kelurahan Untia, Kota Makassar.

Dari jumlah tersebut, 100 kuota disiapkan untuk siswa laki-laki dan 50 untuk perempuan dengan sistem asrama terpisah.

"Ini adalah bagian dari misi negara untuk memastikan anak-anak yang paling tertinggal mendapatkan pendidikan yang layak, aman dan berkualitas," jelasnya.

Seluruh kebutuhan pendidikan siswa seperti seragam, perlengkapan belajar, konsumsi tiga kali sehari dan dua kali snack, hingga pendampingan karakter disediakan oleh negara.

Kata Nur Alam, sistem boarding school diharapkan membentuk kemandirian dan membangun solidaritas di kalangan siswa.

Sementara, untuk mendukung pembelajaran, sebanyak 13 guru telah disiapkan oleh Kemensos, termasuk kepala sekolah.

Seluruhnya merupakan lulusan Pendidikan Profesi Guru (PPG). Mereka tidak hanya bertugas mengajar, tetapi juga menjadi pengasuh dan pembimbing siswa di lingkungan asrama.

Sekolah ini juga menerapkan pendekatan holistik.

Selain pelajaran akademik, siswa mendapatkan pendidikan karakter, penguatan nilai sosial, serta kegiatan harian untuk membangun kedisiplinan dan etos kerja.

Setiap kelompok siswa juga didampingi wali siswa sebagai pendamping keseharian. Sama seperti sekolah pada umumnya.

"Jadi di sekolah ini juga jadi tempat untuk menanamkan nilai dan membentuk masa depan anak-anak yang sebelumnya nyaris kehilangan harapan karena kondisi ekonomi," ujarnya.

Sementara, Kepala Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan Malik Faisal memastikan peresmian sekolah rakyat di Sulawesi Selatan akan dilakukan pada 14 Juli, pekan depan.

Kata Malik, ada empat titik sekolah rakyat yang dibangun oleb Kementerian Sosial dan akan langsung beroperasi pada bulan ini. Sedangkan sisanya secara penuh pada Agustus mendatang.

"Ada 1 di Gowa, 2 di Makassar dan 1 di Takalar," ucapnya.

Kata Malik, pemerintah berencana membangun 15 titik sekolah rakyat di Sulsel. Selain daerah di atas, ada juga di Bone, Parepare, Sinjai, Sidrap, Wajo, Soppeng dan Barru.

"Total siswa yang akan diterima pada tahun ajaran 2025/2026 di Sulsel sebanyak 1.750 anak," ucap Malik

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More