Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Senin, 07 Juli 2025 | 12:52 WIB
Warga di empat daerah di Sulawesi Selatan menjadi korban banjir. Banyak warga tidak sempat menyelamatkan diri karena sistem peringatan dini tidak ada [SuaraSulsel.id/Istimewa]

Latih kelompok tani dan pemuda di hulu untuk memantau kondisi sungai dan melapor cepat lewat grup WhatsApp khusus.

Jangan lupa, adakan gladi evakuasi rutin agar warga terbiasa dan tidak panik.

Solidaritas Bergerak Cepat

Meskipun sistem pencegahan masih lemah, semangat gotong royong masyarakat Sulsel tak pernah padam.

Baca Juga: Fadli Zon Ungkap Fakta Mengejutkan Keris Sulawesi Selatan

Tim Andalan Peduli bersama UPZ Pemprov Sulsel dan BPBD Sulsel langsung tancap gas menyalurkan bantuan.

Ketua Tim Andalan Peduli, Rahmat Panrita, mengatakan timnya langsung turun ke titik-titik terparah.

"Di Bulukumba, kami memulai dari Kecamatan Ujung Loe. Di sana kondisinya cukup parah, ratusan rumah terdampak. Beberapa bahkan hanyut terbawa arus," ujar Rahmat.

Tim bahkan berjuang menembus akses sulit untuk menjangkau korban longsor di kaki Gunung Bawakaraeng. Bantuan berupa beras, telur, minyak goreng, dan kebutuhan pokok lainnya disalurkan ke posko-posko pengungsian di Bulukumba dan Bantaeng.

Bantuan ini disambut dengan rasa syukur oleh warga. "Alhamdulillah mereka menyampaikan terima kasih kepada bapak Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman," kata Rahmat.

Baca Juga: 5 Rumah Adat Sulawesi Selatan: Dari Tongkonan Mendunia Hingga Langkanae Penuh Filosofi

Harapan Baru untuk Sulsel

Memang, mengubah sistem tidak mudah. Anggaran dan birokrasi sering jadi penghalang. Namun, memulai dari satu kabupaten sebagai pilot project bisa menjadi langkah awal yang baik.

Seperti kata Yusran, "Banjir adalah keniscayaan alam, tapi korban jiwa bukan takdir. Dengan sistem peringatan yang cerdas, Sulsel bisa lebih siap."

Sudah saatnya lonceng peringatan di Sulsel berbunyi lebih nyaring dan lebih cepat dari deru air bah.

Load More