Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Kamis, 05 Juni 2025 | 16:09 WIB
Kedatangan jamaah haji di Maktab 43 Sana Masharieq [Suara.com/ANTARA/HO-MCH 2025]

SuaraSulsel.id - Ketua Komisi VIII DPR RI sekaligus anggota Tim Pengawas Haji (Timwas) DPR RI Marwan Dasopang menyoroti soal layanan transportasi bus bagi jamaah haji Indonesia menjelang puncak ibadah haji yang dinilai tidak sesuai dengan kesepakatan.

"Ya, kita tentu kecewa. Bus yang digunakan itu tidak seperti yang kita putuskan, yaitu bus masyarakat. Bukan bus sekolah, bukan pula bus shalawat," kata Marwan dalam rilis resmi yang diterima di Jakarta, Kamis.

Hal itu disampaikannya ketika melakukan pemantauan langsung jamaah haji Indonesia di Jarwal, Sektor 7, Makkah, Arab Saudi, Rabu (4/6).

Timwas Haji DPR RI, kata dia, mendapati penggunaan bus shalawat dan bus sekolah untuk pengangkutan jamaah haji Indonesia ke Arafah menjelang puncak haji.

Baca Juga: Angka Kematian Meningkat! Menag Desak Evaluasi Layanan Kesehatan Haji

Padahal, lanjut dia, armada yang disepakati untuk perjalanan ke Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) adalah bus masyair sebagai bus khusus yang disiapkan untuk puncak ibadah haji.

Dia menilai meski secara teknis armada tersebut masih mampu mengangkut jemaah dengan aman, namun penggunaan bus non masyair patut untuk dievaluasi dari sisi kenyamanan, kesiapan, dan kesesuaian fungsi.

“Ini jadi bahan evaluasi. Kok bisa bus sekolah dan bus shalawat masih digunakan untuk mengangkut jemaah ke Arafah? Padahal mereka seharusnya mendapat layanan dari bus khusus,” ujarnya.

Dia menjelaskan bahwa bus shalawat dan bus masyair memiliki perbedaan fungsi, rute, dan waktu operasi yang sangat mendasar sebab sedianya bus masyair hanya beroperasi secara intensif saat puncak ibadah haji untuk digunakan menuju Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).

Sebaliknya, sambung dia, bus shawalat yang beroperasi 24 jam selama masa ibadah haji reguler dirancang khusus untuk antarjemput jemaah dari hotel ke Masjidil Haram dan sebaliknya.

Baca Juga: Visa Furoda Dibuka Juni 2025? Ini Pernyataan Tegas Kemenag

"Jika berdasarkan rute bus, bus shalawat melayani area sekitar Makkah dan hotel jamaah, sedangkan bus masyair melayani rute strategis yang telah ditetapkan berupa Makkah-Arafah, Arafah-Muzdalifah, Muzdalifah-Mina, dan Mina-Makkah," tuturnya.

Untuk itu, dia menegaskan pentingnya konsistensi pelaksanaan sesuai rencana dan komitmen awal yang telah disepakati bersama oleh pemerintah dan penyedia layanan transportasi atau syarikat.

Dia menilai ketidaksesuaian itu sebagai bentuk lemahnya pengawasan teknis yang harus segera diperbaiki.

“Kami minta ini jadi perhatian serius. Jemaah berhak mendapatkan pelayanan terbaik, apalagi pada fase paling krusial dalam ibadah haji,” kata dia.

Makna Historis dan Strategis Haji

Wakil Menteri Agama Romo H.R. Muhammad Syafi’i menegaskan bahwa ibadah haji bukan hanya pelaksanaan rukun Islam kelima.

Tetapi juga memiliki makna historis dan strategis dalam membangun semangat kebangsaan dan solidaritas internasional.

Romo Syafi’i mengingatkan bahwa ibadah haji telah menjadi sumber inspirasi perjuangan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia sejak masa prakemerdekaan.

"Dan kita tahu, pada masa yang lalu, para pejuang kita itu kemudian mendapat inspirasi untuk membangun nasionalisme berjuang merebut kemerdekaan itu banyak sepulang menunaikan ibadah haji," ujar Romo Syafi’i di Arafah, Makkah.

Wamenag menyoroti makna simbolik dari kesetaraan di Arafah, tempat seluruh jamaah haji dari berbagai penjuru dunia berkumpul dalam balutan ihram tanpa membedakan status sosial, jabatan, atau kebangsaan.

"Di Arafah tidak ada lagi yang membedakan kita. Semuanya sama memakai pakaian ihram, duduk bersimpuh demi mendapatkan rida Allah SWT," kata dia.

Romo Syafi’i mengajak seluruh jamaah calon haji Indonesia untuk menjaga identitas kebangsaan selama menjalankan ibadah, sekaligus menghormati identitas bangsa lain.

Di sisi lain, ia juga menekankan pentingnya memperjuangkan hak-hak bangsa yang masih tertindas akibat penjajahan, seperti Palestina.

"Tidak ada alasan dengan semangat haji ini kita mengabaikan mereka. Kita harus membangun komitmen bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, sebagaimana ditegaskan dalam konstitusi kita," kata dia.

Menurutnya, ibadah haji menjadi momen refleksi spiritual dan kebatinan yang mendalam, serta memperkuat solidaritas global.

"Kita merasakan suasana kebatinan yang sama antara satu dengan yang lain. Inilah momentum membangun persaudaraan umat manusia tanpa sekat-sekat duniawi," kata Wamenag.

Load More