Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Kamis, 04 Juli 2024 | 15:30 WIB
Tim peneliti di gua kapur Leang Karampuang, Kabupaten Maros Sulawesi Selatan menemukan lukisan cadas tertua dunia di gua tersebut [SuaraSulsel.id/Dokumentasi BRIN]

SuaraSulsel.id - Peneliti menemukan lukisan cadas tertua dunia ada di gua kapur Leang Karampuang, Kabupaten Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan.

Lukisan itu menggambarkan tiga figur menyerupai manusia yang sedang berinteraksi dengan seekor babi hutan.

Temuan ini merupakan hasil penelitian kerjasama antara Griffith University, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Southern Cross University. Adapun hasil penelitian ini selanjutnya akan diterbitkan di jurnal Nature.

Tim peneliti di gua kapur Leang Karampuang, Kabupaten Maros Sulawesi Selatan menemukan lukisan cadas tertua dunia di gua tersebut [SuaraSulsel.id/Dokumentasi BRIN]

Tim penelitian ini diketuai oleh Adhi Agus Oktaviana, ahli seni cadas Indonesia dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang saat ini sedang menjalani program PhD di Griffith Centre for Social and Cultural Research (GCSR).

Baca Juga: 34 Persen Wanita di Sulsel Mengalami Obesitas, Apa Penyebabnya?

Dalam menentukan umur lukisan gua tersebut, tim peneliti mengaplikasikan metode analisis mutakhir melalui ablasi laser U-series (LA-U-series) untuk mendapatkan pertanggalan akurat pada lapisan tipis kalsium karbonat yang terbentuk di atas seni hias tersebut.

Metode analisis LA-U-series ini dikembangkan oleh Profesor Maxime Aubert, ahli arkeologi di GC SCR bersama dengan koleganya dari Southern Cross University (SCU) di Lismore, Profesor Renaud Joannes-Boyau ahli arkeo geokimia dari Geoarchaeology and Archaeometry Research Group (GARG).

Hasil analisis menunjukkan bahwa seni hias di bawah lapisan tersebut memiliki pertanggalan paling awal sekitar 51.200 tahun yang lalu, membuatnya sebagai gambar hias gua tertua di dunia, sekaligus narasi seni paling awal yang pernah ditemukan dan diteliti hingga saat ini.

"Kami sebelumnya telah menggunakan metode berbasis uranium untuk mencari umur seni cadas di wilayah Sulawesi dan Kalimantan, namun teknik LA-U-series ini
menghasilkan data yang lebih akurat karena mampu mendeteksi umur lapisan kalsium karbonat dengan sangat rinci hingga mendekati masa pembuatan seni hias tersebut. Penemuan ini akan merevolusi metode analisis pertanggalan seni cadas," ucap Profesor Aubert.

"Teknik inovatif yang sedang dirintis ini memungkinkan kami untuk membuat peta lapisan kalsium karbonat secara rinci. Kemampuannya membuat kami dapat menentukan sekaligus menghindari area permukaan yang mengalami proses perubahan diagenesis secara alami. Konsekuensinya, penentuan umur seni cadas menjadi lebih mendalam dan bisa dipertanggungjawabkan," ditambahkan oleh Profesor Joannes-Boyau.

Baca Juga: Politik Uang di Pilkada Sulawesi Selatan Jadi Masalah Utama

Sementara, ketua tim penelitian Adhi Agus Oktaviana menambahkan penemuan lukisan Leang Karampaung yang telah berumur setidaknya 51.200 tahun yang lalu memiliki implikasi penting terkait pemahaman mengenai asal-usul seni paling awal. Bahkan karya seni ini belum ada pada zaman es Eropa.

"Hasil yang kami peroleh ini sangat mengejutkan karena belum ada karya seni dari zaman Es Eropa yang terkenal yang umurnya mendekati umur lukisan gua Sulawesi ini, walau ada pengecualian pada beberapa temuan kontroversial di Spanyol. Penemuan ini merupakan seni cadas pertama di Indonesia yang umurnya melampaui 50.000 tahun," kata Adhi.

Ia menambahkan tim penelitian juga melakukan pertanggalan ulang pada kandungan kalsium karbonat yang melapisi lukisan gua di situs Leang Bulu' Sipong 4 di Maros Pangkep.

Lukisan gua ini menampilkan adegan sosok yang diinterpretasikan sebagai therianthropes atau setengah manusia, setengah hewan yang sedang berburu babi rusa dan anoa.

"Lukisan gua ini sebelumnya sudah pernah diteliti dengan hasil pertanggalan setidaknya 44.000 tahun yang lalu. Melalui metode terbaru, hasil yang didapatkan juga cukup mengesankan karena seni hias tersebut berumur 4.000 tahun lebih tua, yaitu sekitar 48.000 tahun," kata Adhi.

Penemuan oleh Adhi dan tim Griffith University ini mengindikasikan bahwa lukisan gua yang bersifat naratif merupakan bagian penting dalam budaya seni manusia awal Indonesia pada masa itu.

"Pada dasarnya manusia sudah memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dalam bentuk cerita sejak lebih dari 51.200 tahun, namun karena kata-kata tidak bisa menjadi fosil batu maka yang tertinggal hanyalah penggambaran dalam bentuk seni. Temuan di Sulawesi ini adalah bukti tertua yang bisa diketahui dari sudut pandang arkeologi," jelasnya.

Profesor Adam Brumm dari Griffith's Australian Research Centre for Human Evolution (ARCHE) yang turut serta dalam penelitian ini menambahkan bahwa seni hias gua dari Leang Karampuang dan Leang Bulu' Sipong 4 memberikan pemahaman baru terhadap signifikansi budaya bercerita dalam kaitannya dengan sejarah seni.

"Perlu diingat bahwa lukisan cadas tertua yang kami temukan di Sulawesi ini terdiri atas beberapa adegan yang bisa dikenali dengan mudah, yaitu penggambaran interaksi manusia dan hewan yang bisa ditafsirkan bahwa seniman pembuatnya berusaha untuk berkomunikasi secara naratif," lanjut Profesor Adam.

Profesor Brumm juga menyatakan bahwa ini merupakan sebuah penemuan mutakhir karena pandangan akademis selama ini menunjukkan bahwa lukisan gua figurative awal hanya terdiri atas panel individual tanpa memperlihatkan adegan yang jelas. Kemunculan representasi gambar yang memiliki cerita baru muncul kemudian dalam seni hias Eropa.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More