SuaraSulsel.id - Penelitian ketua jurusan Ilmu Politik Unhas Andi Ali Armunanto menemukan adanya aliran dana besar-besaran untuk pemilihan gubernur Sulsel pada tahun 2018.
Fenomena ini diprediksi akan terulang kembali di Pilkada serentak 2024 di Sulawesi Selatan. Motifnya diduga untuk menguasai sumber daya alam di Sulsel.
"Hasil penelitian saya, ada aliran dana Rp600 miliar ke salah satu calon pada Pilgub 2018 lalu. Jadi dari awal sudah kelihatan tapi tentu saja pertaruhan di 2024 ini akan lebih besar, jadi akan lebih banyak pengusaha yang akan berinvestasi lewat jalur politik di Sulsel," kata Ali dalam kanal youtube podcast Rakyat News, diakses Selasa 2 Juli 2024.
Hasil kajian Litbang Kementerian Dalam Negeri pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) sendiri menunjukkan biaya politik yang harus dikeluarkan untuk memenangkan kontestasi cukup tinggi.
Baca Juga: Andi Ali: Sumber Daya Alam Jadi Incaran Pemodal Pilkada Sulsel
Untuk memperebutkan kursi bupati/wali kota misalnya, biaya yang harus dirogoh mencapai Rp20 miliar-Rp30 miliar. Sedangkan untuk pemilihan gubernur mencapai Rp20 miliar-Rp100 miliar.
Kehadiran sponsor di balik para calon kepala daerah terjadi karena mahalnya ongkos pilkada. Hal tersebut memaksa setiap pasangan calon harus memiliki kekuatan modal ekonomi yang kuat.
Sayangnya, harta kekayaan pasangan calon seringkali tak mencukupi. Biaya untuk memenangkan pilkada, jauh lebih besar dari harta kekayaan yang dimiliki para kandidat.
Kondisi ini menjadi pintu masuk cukong-cukong pilkada yang berujung pada pencederaan demokrasi.
Pertarungan Pemodal
Pengamat Politik Universitas Hasanuddin Andi Ali Armunanto menilai calon kepala daerah di Sulawesi Selatan akan disponsori oleh cukong kelas kakap.
Baca Juga: Bawaslu Sulsel Buka Ruang Suara Perempuan di Pilkada Serentak 2024
Menurutnya, perhelatan Pilkada di daerah ini akan menjadi pertarungan bagi pemodal.
Mahalnya biaya politik di dalam pilkada, membuka peluang bagi pemodal atau cukong untuk memberikan dukungan dana kepada kandidat kepala daerah.
Namun di Sulsel, pemodal tidak lagi menyasar proyek APBD dan APBN sebagai balas budi, tapi sumber daya alam.
Kata Andi Ali, para pemodal politik saat ini bukan lagi kelas tongkol. Mereka akan jor-joran membiayai calon kepala daerah di Pilgub Sulsel demi mengincar pengelolaan PT Vale.
"Salah satunya yang diincar adalah nikel. Kita tahu nikel saat ini jadi incaran di Indonesia untuk proyek strategis nasional dan Sulsel menjadi salah satu wilayah segitiga dari Sulawesi Tengah dan Tenggara. Di Luwu Timur sana ada Vale," ujar Andi Ali.
"Ini menariknya karena semacam perebutan sumber daya alam. Kemudian adalah 2025 kontrak karya PT Vale itu berakhir dan akan berganti dengan IUP (Izin Usaha Pertambangan). Ada kewajiban Vale untuk melepaskan sebagian konsesi lahan yang dikuasai dan ada puluhan ribu blok yang akan dilepas," jelasnya.
- 1
- 2
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Mobil Bekas untuk Keluarga di Bawah Rp50 Juta: Kabin Luas, Cocok untuk Perjalanan Jauh
- Pemain Keturunan Medan Rp 3,4 Miliar Mirip Elkan Baggott Tiba H-4 Timnas Indonesia vs Jepang
- 5 Rekomendasi Mobil SUV Bekas Bermesin Gahar tapi Murah: Harga Rp60 Jutaan Beda Tipis dengan XMAX
- 5 Mobil Eropa Bekas yang Murah dan Tahun Muda, Mulai dari Rp60 Jutaan
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Anti Hujan Terbaik 2025: Irit, Stylist, Gemas!
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan dengan NFC Terbaru Juni 2025
-
Timnas Indonesia Cuma Jadi Samsak Uji Coba, Niat Jepang Hanya Ekspermien Taktik dan Pemain
-
Daftar 10 Merek Mobil Buatan Pabrik Indonesia Terlaris di Luar Negeri, Toyota Masih Juara?
-
Partainya Lebih Dipilih Jokowi, DPW PSI Jateng: Kader Berbunga-bunga
-
3 Rekomendasi HP Murah Memori 512 GB dengan Performa Handal, Terbaik Juni 2025
Terkini
-
3 Mantan Stafsus Nadiem Makarim yang Akan Diperiksa Kejagung Besok
-
9 Rumah di Karuwisi Kota Makassar Ludes Terbakar
-
Gorontalo Darurat Sampah! Apa Tindakan Gubernur?
-
Daftar 5 Perusahaan yang Dapat Izin Tambang Nikel di Raja Ampat
-
Air Mata dan Keberanian: Perjuangan Andi Ninnong, Perempuan Bugis Mengubah Wajo Jadi Bagian NKRI