Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Kamis, 08 Februari 2024 | 08:43 WIB
Sapi ditemukan mati diduga terjangkit penyakit di kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan [SuaraSulsel.id/Istimewa]

SuaraSulsel.id - Ratusan ekor sapi milik warga di kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan mati misterius. Sampel masih diteliti untuk mencari tahu penyebabnya.

Kepala Dinas Peternakan Bulukumba Thaiyeb Maningkasi mengatakan pihaknya sementara melakukan investigasi soal kematian ratusan sapi tersebut.

Mereka masih menunggu sampel darah dan organ yang sudah dikirim ke Balai Besar Veteriner Bali dan Maros.

Kematian sapi itu ditemukan di Desa Batu Karopa, Rilau Ale, dan Tamatto, Kecamatan Ujung Loe. Daerah ini diketahui merupakan sentra peternakan sapi.

Baca Juga: Penjabat Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin Lakukan Inseminasi Buatan di Maros

"Kami masih menunggu hasil lab dari Veteriner Denpasar Bali dan Maros. Sampai sekarang belum ada jawaban," ujarnya saat dikonfirmasi, Kamis, 8 Februari 2024.

Dari hasil penelurusan, kata Thaiyeb, ratusan sapi sudah mati dalam beberapa bulan terakhir. Gejalanya sama, yakni diare hijau dan berdarah, dan ditemukan keluar darah di telinga dan bulu.

Terbaru ditemukan ada 39 ekor sapi yang mengalami gejala demikian. Ratusan ekor sapi mati itu akibat sakit sepanjang Januari 2023 hingga 2024.

"Untuk sementara diidentifikasi Jembrana," ucapnya.

Awalnya, kasus ini terungkap setelah salah satu pedagang membawa sapi dari Bone untuk dijual. Ternyata sapi tersebut sakit keesokan harinya.

Baca Juga: Program Inseminasi Buatan Sukses, Kelahiran Sapi di Sulbar Melebihi Target Pemerintah

Penyebaran kian luas karena masyarakat melepas liarkan ternaknya di areal perkebunan.

"Peternak juga tidak mau sapinya diobati secara medis, makanya mereka tidak mau laporkan kejadian ke petugas," ucapnya.

Kata Thaiyeb, sebagian sapi diduga sudah dipotong oleh peternak dan dijual. Namun tidak diketahui apakah ternak tersebut terjangkit penyakit atau tidak.

"Mungkin karena tidak menunjukkan gejala jadi dijual," ungkapnya.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More