SuaraSulsel.id - Siapa pun tentu merasa kesal jika sedang beraktivitas, tapi lampu tiba-tiba padam. Seperti kisah yang dialami sejumlah tukang cukur di kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Mereka merasa kesal sebab pelanggan belum tuntas dicukur, sementara listrik tiba-tiba mati akibat pemadaman bergilir.
"Baru setengah (dicukur). Ini tokka' (tidak rata) hasilnya kalau tidak dilanjut," ujar Hidayat, salah satu tukang cukur di jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar, Sabtu, 25 November 2023.
Ia mengatakan saat listrik padam, ada sekitar empat pelanggan yang masih dalam proses potong rambut menggunakan mesin cukur.
Akhirnya, mereka terpaksa menggunakan alat konvensional yaitu gunting dibantu dengan senter HP sebagai alat penerang.
"Hasilnya tentu tidak rapi kalau pakai gunting. Kan kalau mesin tipikalnya beda. Jadi terpaksa kita garansi, besok datang lagi untuk cukur ulang," keluhnya.
Kondisi yang sama dialami salah satu tukang cukur di pasar Daya Kota Makasssar. Dalam video yang diterima SuaraSulsel.id, seorang pelanggan terpaksa dicukur di pinggir jalan menggunakan senter HP.
"Di dalam gelap dan panas. Kalau ditunggu lampu nyala tidak akan selesai," ujar tukang cukur di video tersebut.
Seperti diketahui, warga kota Makassar dan sekitarnya mengeluhkan pemadaman listrik secara bergilir yang lebih lama dari biasanya.
Baca Juga: Gibran Rakabuming Minta Pendukung di Kota Makassar Tidak Nyinyir di Media Sosial
Jika sebelumnya hanya tiga jam, kini durasi mati lampu sudah sampai 6 jam dan dua kali dalam sehari.
Dari informasi yang dihimpun dua pembangkit listrik di Sulsel sedang mengalami kerusakan. Salah satunya adalah PLTU di kabupaten Jeneponto.
Kerusakan tersebut membuat suplai listrik bermasalah dan mengakibatkan pemadaman 2x5 jam dalam sehari.
Namun, produksi listrik di Sulsel diperkirakan baru akan normal pada diperkirakan Januari 2024 hingga debit air di bendungan Bakaru normal.
Dikonfirmasi, Humas PLN Wilayah Sulselrabar Ahmad Amirul Syarif membenarkan pemadaman terjadi karena pihaknya sedang melakukan pemeliharaan terhadap Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di kabupaten Jeneponto.
Ia menjelaskan, musim kering yang berkepanjangan membuat debit air menurun. Sehingga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang digunakan selama ini, kapasitas produksinya menurun dari 850 megawatt (MW), tersisa 200 (MW) saja.
"Sehingga PLTU menanggung beban yang cukup tinggi hingga jatuh tempo untuk dilakukan pemeliharaan," ungkapnya saat dikonfirmasi.
Ia menambahkan berbagai upaya sudah dilakukan untuk meningkatkan debit air. Mulai dari sholat minta hujan hingga teknologi modifikasi cuaca.
"Hujan sudah turun di beberapa lokasi PLTA, tapi debit airnya belum maksimal," tuturnya.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing
Berita Terkait
Terpopuler
- Kekayaan Hakim Dennie Arsan Fatrika yang Dilaporkan Tom Lembong: Dari Rp192 Juta Jadi Rp4,3 Miliar
- Tanggal 18 Agustus 2025 Cuti Bersama atau Libur Nasional? Simak Aturan Resminya
- Di Luar Prediksi, Gelandang Serang Keturunan Pasang Status Timnas Indonesia, Produktif Cetak Gol
- Resmi Thailand Bantu Lawan Timnas Indonesia di Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Agustus: Klaim 3.000 Gems dan Pemain 111
Pilihan
-
DTKS Resmi Berubah Jadi DTSEN, Ini Cara Update Desil Agar Tetap Terima KIP Kuliah
-
Jalan Terjal Jay Idzes ke Torino, Il Toro Alihkan Incaran ke Bek 1,97 M
-
Sri Mulyani Ungkap Kejanggalan Angka Pertumbuhan Ekonomi 5,12 Persen yang Bikin Publik Melongo!
-
Cara Daftar DTKS Agustus 2025 Agar Dapat Bansos KIP-K, PKH, BPNT dan KJP Plus
-
Aneh Bin Ajaib! Pertumbuhan Ekonomi 5,12% Diragukan, Menko Airlangga Pasang Badan Bela BPS
Terkini
-
Kabupaten Bone Tawarkan Proyek Investasi Industri Bioetanol
-
BRI Komitmen Tekan Backlog Rumah Lewat KPR Subsidi FLPP 2025
-
Apa Itu SPMT, Bikin Anggota Satpol PP Sulsel Senyum Bahagia
-
Air Keran Langsung Minum? Ini 5 Water Purifier Terbaik untuk Air Sumur dan PDAM
-
7 Perlengkapan Rumah Tangga Pintar yang Bikin Hidup 'Sat-Set' di Era Digital