SuaraSulsel.id - Kota Parepare punya rentang sejarah yang panjang sebelum akhirnya terbentuk menjadi sebuah kota yang kita kenal sekarang ini. Kota ini merupakan tempat kelahiran Presiden ke- 3 RI, BJ Habibie.
Dalam sejarahnya, Hari Jadi Parepare ditetapkan pada 17 Februari dan resmi jadi sebuah daerah otonom pada tahun 1960. Jumlah penduduk parepare hanya 154 ribu dengan luas kota 99,33 km².
Parepare adalah daerah dengan wilayah terkecil di Sulawesi Selatan. Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pinrang, Kabupaten Sidenreng Rappang di timur, Kabupaten Barru di selatan, dan Selat Makassar di barat.
Dalam lontara kerajaan Suppa menggambarkan Parepare sebagai daerah yang sulit untuk ditinggali. Kontur tanahnya miring dan ditumbuhi semak belukar.
Parepare ditemukan sekitar abad XIV oleh anak Raja Suppa. Konon, ia memilih meninggalkan istana dan pergi ke daerah selatan, tepi pantai untuk menyalurkan hobinya, yaitu memancing. Ia lalu mendirikan wilayahnya sendiri di daerah itu dan memberinya nama Kerajaan Soreang.
Ia kemudian memperluas wilayah kerajaannya pada Kerajaan Bacukiki.
Pada satu kunjungan persahabatan, Raja Gowa XI (1547-1566), Manrigau Daeng Bonto Karaeng Tunipalangga sedang berjalan-jalan ke kerajaan Bacukiki ke Kerajaan Soreang.
Sebagai seorang raja yang dikenal sebagai ahli strategi dan pelopor pembangunan, Karaeng Tunipalangga tertarik dengan pemandangan laut yang indah di sepanjang jalan itu,
Tunipalangga kemudian secara spontan menyebut "Bajiki Ni Pare" artinya baik dibuat pelabuhan Kawasan ini. Sejak itulah melekat nama Parepare Kota Pelabuhan.
Baca Juga: PSM Makassar Sewa Stadion GBH Parepare Rp500 Ribu Per Hari Tambah Pajak Pertandingan 10 Persen
Parepare akhirnya ramai dikunjungi termasuk orang-orang melayu yang datang berdagang ke kawasan Suppa.
Seketika Parepare jadi wilayah yang ramai dikunjungi. Posisinya strategis karena letak pelabuhan yang terlindungi oleh tanjung di depannya.
Hal tersebut membuat Belanda punya ambisi merebutnya. Pemerintah Hindia Belanda kemudian mengambil alih Parepare dan menjadikannya markas untuk bagian tengah Sulawesi Selatan.
Parepare menjelma menjadi salah satu pelabuhan tersibuk di nusantara. Pelayaran kala itu memegang peranan penting sebagai pusat aktivitas perdagangan laut.
Status wilayahnya oleh Pemerintah Hindia Belanda dijadikan "Afdeling Parepare" atau tingkat kabupaten dan dipimpin oleh Asisten Residen dan Gezag Hebber.
Disamping adanya aparat pemerintah Hindia Belanda tersebut, struktur Pemerintahan Hindia Belanda juga dibantu oleh raja-raja bugis, diantaranya Arung Barru di Barru, Addatuang Sidenreng di Sidrap, Arung Enrekang di Enrekang, Addatuang Sawitto di Pinrang, sedangkan di Parepare berkedudukan Arung Mallusetasi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
 - 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
 - 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
 - 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
 - 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
 
Pilihan
- 
            
              Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
 - 
            
              Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
 - 
            
              Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
 - 
            
              5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
 - 
            
              Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
 
Terkini
- 
            
              Semua Wilayah Sulsel Rawan Banjir? BPBD Ungkap Fakta Mengejutkan!
 - 
            
              Pengusaha Makassar Laporkan Wakil Wali Kota ke Polisi, Ini Kasusnya
 - 
            
              Komentar 3 Calon Rektor Unhas Usai Pemilihan, Siapa Bakal Taklukkan MWA?
 - 
            
              Suara Nyanyian Picu Pertumpahan Darah, Ayah-Menantu Tewas di Gowa
 - 
            
              Pandji Pragiwaksono Dikecam! Antropolog: Tidak Pantas Dijadikan Lelucon