Tiga bulan sebelum masa jabatannya berakhir sebagai Gubernur, Presiden Soeharto melantik Achmad menjadi wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat periode 1977-1982 bersama Mashuri, Isnaini, Raden Kartidjo dan Masjkur. Saat itu Ketua MPR dipimpin oleh Adam Malik.
3. Andi Oddang Makka
Andi Oddang Makka adalah Gubernur Sulawesi Selatan periode 1978-1983 menggantikan Achmad Lamo. Ia juga merupakan Raja Tallo ke-19.
Ia pernah menjabat Kepala Staf Angkatan Darat Kodam XIV Hasanuddin kala itu. Sebelum akhirnya dilantik menjadi Gubernur Sulsel.
Oddang dulunya bersekolah di Sekolah Rakyat di Parepare dan lulus pada tahun 1941. Namun, karena pendudukan Jepang di Hindia Belanda setahun kemudian, ia tidak dapat melanjutkan pendidikannya.
Dia kemudian melarikan diri ke Surabaya bersama delapan temannya yang lain ke pulau-pulau Jawa setelah Kemerdekaan Indonesia untuk melepaskan diri dari tekanan militer di Parepare.
Di Surabaya, Andi Oddang resmi menjadi anggota kesatuan 001 Angkatan Laut Surabaya pada akhir Mei 1946. Ia mendapat kesempatan bergabung dalam kesatuan dan mendapat pangkat pertama sebagai letnan.
Dari pengabdiannya kepada negara sebagai prajurit, ia memperoleh penghargaan beberapa bintang jasa, seperti Bintang Gerilya, Bintang Kartika Eka Paksi, Bintang Legiun Veteran Rl, Bintang 50 tahun Angkatan 45 dan Bintang Melati Pramuka.
4. Ahmad Amiruddin
Baca Juga: 5 Fakta Menarik Suku Bugis, Suku Terbesar di Sulawesi Selatan
Ahmad Amiruddin adalah gubernur Sulawesi Selatan dua periode 1983–1988 dan 1988–1993. Ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua MPR.
Ahmad juga merupakan mantan Rektor Universitas Hasanuddin ke–6. Di bidang akademisi, ia merupakan ahli kimia nuklir ternama di Indonesia.
Ahmad Amiruddin punya banyak terobosan di bidang pendidikan. Saat jadi rektor, ia mengirim 100 mahasiswa pascasarjana ke Jepang dan Eropa untuk program doktoral di bidang kedokteran.
Alumni Universitas Kentucky Amerika itu juga jadi pelopor utama memindahkan kampus Universitas Hasanuddin Baraya Jalan Sunu ke Tamalanrea.
Jenderal M. Jusuf yang saat itu menjabat Menhankam/Pangab kemudian menghadap langsung Presiden Soeharto. Ia mengusulkan agar Amiruddin diberi kesempatan memimpin Sulsel.
Usulan itu diterima. Penunjukan Amiruddin sebagai gubernur menuai pujian. Pasalnya, di rezim Orde Baru, sangat jarang jabatan kepala daerah bisa dijabat oleh orang sipil karena sudah lekat dengan hegemoni militer.
Berita Terkait
Terpopuler
- Istri Menteri UMKM Bukan Pejabat, Diduga Seenaknya Minta Fasilitas Negara untuk Tur Eropa
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas MPV 1500cc: Usia 5 Tahun Ada yang Cuma Rp90 Jutaan
- 5 Rekomendasi Pompa Air Terbaik yang Tidak Berisik dan Hemat Listrik
- Diperiksa KPK atas Kasus Korupsi, Berapa Harga Umrah dan Haji di Travel Ustaz Khalid Basalamah?
- 5 AC Portable Mini untuk Kamar Harga Rp300 Ribuan: Lebih Simple, Dinginnya Nampol!
Pilihan
-
Aura Farming Anak Coki Viral, Pacu Jalur Kuansing Diklaim Berasal dari Malaysia
-
Breaking News! Markas Persija Jakarta Umumkan Kehadiran Jordi Amat
-
Investor Ditagih Rp1,8 Miliar, Ajaib Sekuritas Ajak 'Damai' Tapi Ditolak
-
BLT Rp600 Ribu 'Kentang', Ekonomi Sulit Terbang
-
Usai Terganjal Kasus, Apakah Ajaib Sekuritas Aman Buat Investor?
Terkini
-
Kejati Sulsel Selidiki Dugaan Korupsi Program Revitalisasi Kampus UNM Rp87 Miliar
-
Lukisan Purba di Goa Leang-leang Maros Masuk Buku Sejarah Indonesia
-
Polisi Tahan 2 Dosen Perguruan Tinggi Negeri di Makassar, Dugaan Pelecehan Seksual
-
BRI: Sektor UMKM Mencakup lebih dari 97% dari 65 Juta Pelaku Usaha, Berkontribusi 61% pada PDB
-
UMKM Kuliner Naik Kelas, Binaan BRI Sukses Ekspor Berkat Strategi Pasar Tepat