SuaraSulsel.id - Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK mengaku punya sejarah hubungan yang panjang dengan Presiden RI, Joko Widodo. Keakraban itu sudah terjalin saat Jokowi masih menjadi Wali Kota Solo.
JK bahkan diketahui yang mengajak Jokowi dan menawarinya maju di Pilgub Jakarta 2012. Ia yang mengatur, walau awalnya Jokowi sempat ragu.
"Minta maaf, itu pak Jokowi ke Jakarta itu saya yang ajak kan, saya yang atur, dan saya yang wakilnya di Presiden. Itu hubungan kita itu sudah lama sekali, beliau ragu ke Jakarta, (saya bilang) nggak pak jangan ragu kita yang atur," ujar JK seperti yang disiarkan di kanal youtube TVOne, Senin, 15 Mei 2023.
"Boleh tanya beliau (Jokowi), tanya siapa saja, saya yang bawa ke Jakarta?," jelasnya.
JK mengaku hubungan keduanya hingga kini baik-baik saja. Walau tidak se-intens dulu.
JK pernah meminta waktu untuk bertemu dengan Jokowi, tapi tak digubris. Padahal saat masa jabatannya sebagai wakil presiden baru-baru berakhir, Jokowi mengaku akan bertemu sekali sebulan.
"Mungkin sangat sibuk sehingga tidak punya waktu untuk ketemu. Waktu saya berhenti beliau bilang nanti kita tiap bulan ketemu. Saya bilang jangan tiap bulan, dua bulan ajablah. Tiap dua bulan saya ketemu, kita diskusi apa saja, tentang ekonomi politik, saran untuk apa, macam-macam," kata JK.
Mereka terakhir bertemu sekitar delapan bulan yang lalu. Setelahnya tak ada lagi komunikasi.
"Sekarang tidak ketemu lagi. Alasannya gak tahu. Saya minta waktu, mungkin beliau sangat sibuk sehingga tidak punya waktu ketemu," katanya.
Jokowi Dianggap Tak Netral
JK mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kondisi bangsa menjelang musim politik. Menurutnya, jika pemerintah tak netral, maka bisa saja menimbulkan konflik di masyarakat.
Hal tersebut dikatakan JK pasca Jokowi mengundang enam petinggi partai ke Istana Merdeka, beberapa waktu lalu. Menurutnya, jika itu membahas soal pembangunan, semua partai di pemerintahan harusnya diundang.
"Tapi kenapa Nasdem tidak di ini (undang), itu jelas bahwa pak Jokowi anggap ini sudah tidak di koalisi lagi. Berarti itu pengertiannya tentang politik kan, berarti ada keberpihakan," ungkapnya.
Ia pun menilai Jokowi sebagai Presiden harus lebih arif dan bijak. Apalagi posisinya bukan incumbent.
JK mengaku kritikannya ini bukan karena mendukung salah satu capres tertentu di Pilpres 2024. Ia hanya ingin Jokowi netral agar demokrasi tetap terjaga, tidak lagi seperti pada masa orde baru.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Taufan Pawe Usul Peradilan Khusus Pemilu: 14 Hari Penyidikan Terlalu Singkat
-
Trans Sulawesi Jalur 'Hitam' Pupuk Subsidi? Polda Sulbar Amankan Ratusan Karung
-
Kisah 6 Orang Makassar Tewaskan 300 Tentara di Thailand
-
Hamil Muda Jualan Skincare Ilegal, IRT di Kendari Terancam 12 Tahun Penjara
-
902 Siswa Disabilitas Dapat Bantuan Tabungan Pendidikan dari Gubernur Sulsel