SuaraSulsel.id - AD (17), pelaku penculikan dan pembunuhan Muhammad Fadli Sadewa (11) di Kota Makassar, Sulawesi Selatan disebut tak percaya Tuhan.
Hal tersebut diungkapkan Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Budhi Haryanto saat menjadi bintang tamu di podcast Deddy Corbuzier.
Kata Budhi, pelaku pernah berdoa agar menjadi kaya. Namun, doanya tidak pernah terkabul.
"Si pelaku ini pernah berdoa minta kaya, ternyata gak dibuat kaya. Akhirnya dia tidak percaya sama Tuhan. Ini kan udah ga benar," ujar Budhi.
Dari kasus ini, kata Budhi, orang tua bisa belajar untuk menanamkan pendidikan agama untuk anaknya sejak dini. Menurutnya, keyakinan akan Tuhan adalah pondasi yang sangat utama.
"Dia muslim. Sekolah di swasta, tapi bukan sekolah agama. Lingkungan sekolah ini juga penting. Pendidikan agama kan dari dulu ada," jelasnya.
Dari hasil pemeriksaan psikologis, kedua pelaku juga dinyatakan normal. Mereka bahkan tidak mengidap psikopat.
"Hasil pemeriksaan psikologis, anak ini mempunyai kecendrungan egosentris dan kurang analisis. Dia bukan psikopat, bukan. Tapi karena faktor lingkungan, sehingga dia punya kontrol dan pengendalian kurang," ujarnya.
Budhi menjelaskan niat pelaku AD dan MF sudah direncanakan sejak tahun 2022. Menurutnya, ada tiga hal yang melatar belakangi peristiwa mengenaskan itu.
Baca Juga: Sudah Culik dan Bunuh Korban, Ini Alasan Pelaku Batal Jual Organ Tubuh Anak di Makassar
Pertama dari segi sosiologis. Polisi mendalami hubungan pelaku dengan lingkungannya. Baik keluarga, sekolah, dan dunia maya.
"Ternyata, si pelaku ini kesehariannya selalu ditekan oleh orang tuanya. Disampaikan bahwa anak yang tidak berguna, tidak bisa membantu orang tua. Dia tertekan jadi muncul dendam," kata Budhi.
"Jadi anak ini pengen membuktikan ke keluarganya bahwa ia bisa mencari uang. Dia bisa kaya, sehingga muncullah ide yang bersangkutan untuk cari uang," lanjutnya.
Masalah diperparah oleh faktor sosial dan dunia maya. Pelaku kemudian mencari tahu cara mendapatkan uang agar bisa cepat kaya di internet.
"Ternyata dia pernah lihat situs perdagangan organ. Satu lagi menarik. Si pelaku ini pernah melihat perdagangan orang di TV nasional. Bagi kita orang dewasa, tampilan di TV itu tidak jelek tapi anak-anak yang mengkonsumsi ini kan berbeda," jelas Budhi.
Faktor kedua dari aspek psikologis. Kata Budhi, karena adanya tekanan aspek sosiologis tadi, maka sifat pelaku cenderung berubah.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
 - 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
 - 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
 - 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
 - 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
 
Pilihan
- 
            
              Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
 - 
            
              Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
 - 
            
              Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
 - 
            
              5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
 - 
            
              Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
 
Terkini
- 
            
              Pandji Pragiwaksono Minta Maaf ke Masyarakat Toraja, Siap Jalani Proses Hukum
 - 
            
              BREAKING: Rektor UNM Diberhentikan! Menteri Turun Tangan Usut Kasus Pelecehan
 - 
            
              Semua Wilayah Sulsel Rawan Banjir? BPBD Ungkap Fakta Mengejutkan!
 - 
            
              Pengusaha Makassar Laporkan Wakil Wali Kota ke Polisi, Ini Kasusnya
 - 
            
              Komentar 3 Calon Rektor Unhas Usai Pemilihan, Siapa Bakal Taklukkan MWA?