Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Selasa, 27 Desember 2022 | 04:48 WIB
Kafe Tulus berhasil membantu berdayakan disabilitas tuli. Kafe Tulus menjadi ruang inklusif, menjadi tempat belajar menerima dan menghargai perbedaan [SuaraSulsel.id/Istimewa]

Berdirinya Cafe Tulus

Berawal dari kegiatan Ekspedisi Nusantara Jaya di 2016 silam, beberapa peserta yang berasal dari Makassar akhirnya menjalin pertemanan. Dari nongkrong- nongkrong, mereka sepakat untuk membuat semacam komunitas yang dinamai Klas Film.

Di Klas Film ini, mereka sering mengikuti lomba video dan tidak jarang mereka menang. Sebagian hasil uang lomba mereka sisihkan untuk membeli perlengkapan audio visual yang lebih memadai.

Setelah perlengkapannya memadai, di tahun 2018 mereka membuat unit usaha. Menerima job seperti fotografi, videografi dan sebagainya. Klas Film terus berjalan. Mereka juga sering membuat proyek seperti latihan pembuatan animasi dengan sasaran targetnya adalah disabilitas.

Baca Juga: 4 Zodiak yang Dikenal Paling Pemaaf, Selalu Mau Memberi Kesempatan Kedua

Untuk mengumpulkan teman- teman disabilitas, ketua Klas Film Taufik meminta bantuan Didi yang merupakan aktivis yang fokus pada isu disabilitas.

Karena kelas animasi dan pelatihan lainnya dinilai kurang cocok dengan teman- teman tuli, akhirnya mereka membuat pelatihan barista yang sangat cocok dilakukan hanya dengan visual.

Pelatihan barista telah usai. Teman- teman disabilitas tuli telah mengantongi skill barista. Namun permasalahannya, tidak ada wadah.

Dalam satu momen, teman Klas Film berkumpul. Ternyata semua yang hadir memiliki keresahan dan misi yang sama, disabilitas yang termarginalkan. Akhirnya mereka mencoba bergerak mendirikan kafe untuk disabilitas.

“Waktu itu saya resign jadi balik ke Makassar. Jadi kumpul lagi sama teman- teman terus cerita- cerita, ternyata memiliki keresahan yang sama terkait disabilitas, makanya terbentuklah kafe Tulus,” jelas Zaenab, Head of Café and Finance Kafe Tulus.

Baca Juga: Bentuk 4 Karakter Circle Ini di Kampus agar Kamu Bahagia Sampai Lulus!

Untuk mewujudkan misi mendirikan ruang bagi disabilitas, Zaenab dan teman- temannya mengajukan proposal ke PLN Peduli. Proposal itu diterima. Mereka dengan sigap bergerak mencari ruko, perlengkapan kafe dan interview barista dari pelatihan sebelumnya.

Setelah melakukan metode coba- coba, 16 Januari 2022 kafe Tulus resmi dibuka.

Dengan berdirinya kafe Tulus, Zaenab berharap ini bisa memberikan dampak yang lebih luas. Masyarakat bisa lebih peduli dengan isu disabilitas.

“Saya sangat bersyukur kalau makin banyak orang yang membantu teman- teman disabilitas untuk lebih menciptakan ruang- ruang aktualisasi diri, kompetensi dan lain- lain. Sama halnya dengan isu perempuan, semoga isu disabilitas juga dibahas oleh masyarakat umum agar keresahannya bisa dirasakan oleh semua orang,” harap Zaenab.

Disabilitas memang menjadi kelompok marjinal bukan hanya karena jumlah tapi juga terpinggirkan di ruang publik. Meskipun memiliki keterbatasan, disabilitas adalah orang yang berdaya.

Teman- teman disabilitas memiliki kemampuan namun terkadang tidak bisa dikembangkan karena hambatan dari lingkungannya. Salah satu bukti kalau disabilitas itu berdaya, yah barista di Kafe Tulus. Yuk, lebih aware dengan isu disabilitas! #JadiEmpatiKaloNgerti

Load More