Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Senin, 19 September 2022 | 13:19 WIB
Warga bertakziah di rumah duka almarhum Azyumardi Azra di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (18/9/2022) malam. [ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/nz]

Nurcholis Madjid menjadi Rektor Universitas Paramadina, Azyumardi Azra dan Komaruddin Hidayat pernah menjabat Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Bahkan kini Komarudin Hidayat menjadi rektor Universitas Islam Internasional Indonesia.

Ketiganya juga pengusung ide Islam yang terbuka sebagai modal untuk kebangkitan Islam dan hidup berdampingan dengan masyarakat dunia yang majemuk. Ketiganya ibarat lentera bangsa tertinggi dari bagian selatan Jakarta karena selain menjadi tokoh Muslim di masyarakat juga tokoh Muslim terkemuka di lembaga formal universitas.

Ide-ide ketiganya menguasai wacana di kancah nasional melalui media massa nasional maupun buku-buku keislaman modern. Ketiganya memang piawai menulis dengan gaya bahasanya masing-masing yang khas.

Mereka juga menjadi narasumber di berbagai panggung. Para junior di HMI dari barat sampai timur kerap menjuluki ketiganya sebagai peletak "Mazhab Ciputat".

Baca Juga: Indonesia Menuju Endemi, Vaksinasi Terhadap Lansia Menjadi Perhatian Satgas COVID-19

Nama ketiganya menjadi yang teratas pada buku berjudul "Dekonstruksi Islam Mazhab Ciputat" yang ditulis penulis lainnya, seperti Fachry Ali, Kautsar Azhari Noer, Budhi Munawar Rahman, Sayful Muzani, Hendro Prasetyo, Ihsan Ali Fauzi dan Ahmad Sahal.

Buku tersebut diberi kata pengantar oleh M. Dawam Raharjo dengan editor Edy A. Effendy. Buku itu menjadi sangat populer bagi para aktivis pergerakan Islam di akhir 1999-an dan awal 2000-an.

Ide ketiga tokoh itu, selain menguasai kancah nasional juga seringkali memantik kontroversi, sehingga menarik perhatian banyak pihak yang pro dan kontra.

Tak jarang saking kontroversi ketiganya, mereka yang tak pernah belajar Islam atau berkuliah di pendidikan umum berani menghujat ketiganya yang jelas-jelas menempuh jalur pendidikan Islam sejak kecil.

Sejarawan Islam

Baca Juga: Indonesia Sedang di Jalur yang Tepat Menuju Endemi, Ini Penjelasan dari Satgas COVID-19

Azyumardi Azra pada akhirnya lebih dikenal sebagai sejarawan Islam yang menekuni kajian di wilayah Asia Tenggara. Ia bahkan dikenal sebagai ilmuwan sosial produktif di Indonesia dengan sitasi di Google Scholar sebanyak 16.853 dan h-index 51.

Sebagai dosen, Azyumardi juga berjasa besar pada transformasi kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) yang akhirnya diikuti oleh hampir seluruh IAIN di Indonesia. Berkat jasanya pula kini di kampus Islam terdapat fakultas ilmu umum, seperti kedokteran, pertanian, dan biologi.

Penulis pernah menjadi moderator saat Azyumardi menjadi pembicara pada Rakernas II GEMA Mathla'ul Anwar di BSD pada penghujung 2018. Masih terngiang tiga pesan Azyumardi kepada para kaum pemuda. Pertama, Azra berpesan untuk selalu yakin bahwa Islam wasathiyah atau Islam pertengahan adalah pilihan terbaik untuk hidup percaya diri di tengah bangsa yang majemuk.

Kedua, kaum muda hendaknya tak lagi mempertentangkan Islam dengan kebangsaan karena sudah jelas cinta Tanah Air merupakan ekspresi dari keimanan.

Ketiga, kaum muda harus meyakini bahwa kemajuan Indonesia adalah juga kemajuan umat Islam. Kemajuan sebuah perusahaan di Indonesia yang dimiliki non muslim misalnya, juga adalah kemajuan umat Islam karena mayoritas pegawainya merupakan umat Islam.

Kini di tengah dukacita karena kepergiannya, ternyata Azyumardi Azra masih meninggalkan wasiat berharga bagi umat Islam di Nusantara.

Load More