Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Rabu, 17 Agustus 2022 | 16:26 WIB
Sepatu seorang anggota pasukan pengibar bendera (Paskibra) terlepas. Saat mengiring pengibaran bendera Merah Putih di lapangan Rumah Jabatan Gubernur Sulsel, Rabu 17 Agustus 2022 [SuaraSulsel.id/Istimewa]

SuaraSulsel.id - Menjadi seorang pasukan pengibar bendera atau Paskibra pada upacara kemerdekaan RI adalah impian banyak orang. Namun, mereka yang terpilih harus melalui seleksi ketat.

Berbagai macam persiapan sudah dilakukan untuk tampil sempurna pada saat 17 Agustus. Mulai dari latihan fisik selama berbulan-bulan hingga latihan mental.

Meski sudah latihan berbulan-bulan, kejadian atau peristiwa unik sering terjadi. Saat hari pengibaran bendera Merah Putih.

Seperti yang terjadi pada kaki salah seorang peserta Pakibraka pada upacara di Hari Kemederdekaan RI ke 77, di Rumah Jabatan Gubernur Sulawesi Selatan pada Rabu 17 Agustus 2022.

Baca Juga: Viral Paskibra Kecamatan Larangan Terjang Genangan Air Demi Kibarkan Bendera Tuai Pujian

Pasalnya, sepatu peserta itu terlepas. Terpaksa, ia hanya melangkahkan kaki dengan tegap menggunakan kaos kaki panjang.

Tentu saja pemandangan itu membuat sejumlah peserta upacara lainnya salah fokus. Tidak terkecuali bagi para penonton di luar pagar.

Mereka tampak ikut mencemaskan kondisi peserta yang berarti harus melanjutkan kegiatan tanpa sepatu. Apalagi kondisi matahari saat pengibaran bendera sedang terik.

Namun, insiden ini tak menganggu siswi yang belum diketahui namanya itu. Dia tetap mengikuti aba-aba barisan dengan baik saat mengiringi dan mengantarkan pengibaran bendera.

Seperti diketahui, ada 73 orang Paskibra yang ditugaskan pada pengibaran bendera di Rujab Gubernur Sulsel. 37 orang diantaranya laki-laki dan 36 perempuan. Mereka berasal dari SMA, SMK MA, negeri dan swasta terbaik di Sulsel.

Baca Juga: Video Viral Bikin Haru, Anggota Paskibra Menangis saat Dilantik, Ternyata Ayahnya Meninggal Dunia

Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Pemprov Sulsel Andi Arwin Azis mengatakan ada insiden non teknis yang terjadi pada saat persiapan pengibaran bendera. Ada pasukan pengapit yang langkahnya mengenai kaki salah satu anggota Paskibra mengakibatkan sepatunya lepas.

"Kena ujung sepatu dari anggota pengapit. Jadi tadi pas keinjak, lepas. Tapi bendera bisa berkibar dengan baik dan berhasil. Ini insiden non teknis," ujar Arwin.

Kata Arwin, formasi para anggota Paskibra tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya. Mereka melakukan variasi barisan baru dengan angka 77.

"Itu sesuai dengan hari proklamasi ke 77 Indonesia. Tahun ini dilaksanakan dengan kondisi pasukan lengkap dan variasi baru. Membentuk angka 77," ujarnya.

Sejarah Paskibraka

Lantas bagaimana sejarah terbentuknya Paskibraka? Ternyata, proses pembentukannya juga punya sejarah panjang.

Penggunaan nama Paskibraka pertama kali dicetuskan oleh Idik Sulaeman. Idik ini juga pencetus seragam sekolah dan lambang Osis pertama di Indonesia.

Sebelumnya, istilah yang digunakan untuk petugas pengibar bendera adalah Pasukan Pengerek Bendera Pusaka dari tahun 1967-1972.

Paskibraka sebenarnya sudah dimulai pada tahun 1946. Kala itu Presiden Soekarno memanggil ajudannya, Mayor (Laut) M. Husein Mutahar.

Soekarno memberi perintah untuk melakukan upacara detik-detik proklamasi yang diadakan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tepatnya di Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta.

Perintah langsung dari Soekarno membuat Mayor Husein bergegas mencari cara bagaimana untuk memperingati detik-detik proklamasi. Yang dipikirkannya adalah peringatan hari penting tersebut harus dilakukan oleh pemuda-pemudi bangsa dari penjuru nusantara.

Hal tersebut adalah perwujudan sebagai bentuk bahwa para pemuda-pemudi kelak akan menjadi pemimpin bangsa Indonesia. Sayangnya, keterbatasan di era tersebut membuat gagasan itu tidak terpenuhi.

Masalah transportasi antar pulau kala itu sangat sulit. Alhasil, Husein hanya bisa menghadirkan lima orang. Tiga pemuda dan dua pemudi.

Lima pemuda dan pemudi tersebut menjadi wujud perlambangan dari Pancasila. Kelimanya berasal dari berbagai daerah yang saat itu kebetulan saja sedang berada di Yogyakarta.

Formasi lima pemuda pemudi tersebut pun tetap dilakukan sampai upacara detik-detik Proklamasi di tahun 1949 di Yogyakarta. Akhirnya, formasi lima tersebut dinamakan Pasukan Penggerek Bendera.

Sejak saat itu, tata cara pelaksanaan tersebut terus digunakan di Yogyakarta hingga 1949. Akan tetapi, pada 1967 Husein Mutahar, ajudan presiden Soeharto mengembangkan formasi Paskibraka.

Masih menggunakan dasar yang sama dari pelaksanaan upacara di Yogyakarta tahun 1946. Namun kini pengibar Bendera Pusaka menggunakan formasi 17-08-45 sesuai dengan tanggal Kemerdekaan RI.

Formasi tersebut terdiri atas pasukan 17 yang merupakan pemandu, pasukan 8 atau pembawa bendera (inti), dan pasukan 45 yang merupakan pengawal.

Kemudian sejak tahun 1969 ditetapkan bahwa untuk petugas pengibar Bendera Pusaka adalah para pemuda utusan provinsi yang diwakili oleh sepasang putra putri siswa tingkat SMA. Penggunaan nama Paskibraka kemudian dimulai sejak saat itu hingga sekarang.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More