Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Jum'at, 01 Juli 2022 | 20:26 WIB
Presiden Jokowi saat bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Oleksandrovych Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Vladimirovich Putin [SuaraSulsel.id/Istimewa]

SuaraSulsel.id - Penulis dan analis geopolitik Malaysia Ayman Rashdan Wong memuji keberanian Presiden Jokowi bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Oleksandrovych Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Vladimirovich Putin.

Upaya Presiden Jokowi mendamaikan Rusia dan Ukraina diberi judul Mendayung di Antara Dua Karang. Dalam cuitan Ayman di Twitter hari ini, Jumat 1 Juli 2022.

Menurut Ayman, langkah Presiden Jokowi adalah hal yang luar biasa. Karena berani mengajak dua pemimpin yang sedang berperang melakukan gencatan senjata.

Hasilnya positif. Meski tidak ada gelagat dua negara tersebut akan berdamai. Namun Rusia memberi respons positif dengan hadirnya Presiden Jokowi.

Baca Juga: Vladimir Putin Beberkan Isi Pertemuannya dengan Presiden Jokowi

Rusia membuka jalan laut untuk perdagangan gandum Ukraina ke luar negeri.

Ayman mengatakan, tidak semua negara mampu melakukan hal tersebut. Hanya negara yang punya kredibilitas dan dipercaya oleh Rusia dan Ukraina.

"Terutamanya Rusia. Putin akan tanya "kau siapa? Kenapa aku kena layan kau, dengar cakap kau?" tulis Ayman.

Ayman juga mengulas cara Presiden Putin menerima sejumlah kepala negara. Saat berkunjung ke Moskow.

Saat bertemu Presiden Prancis, Putin menerima dalam ruangan dengan meja yang sangat panjang. Sehingga mereka terlihat sangat berjauhan dari sudut kamera. Hal tersebut juga dilakukan Putin saat menerima pejabat PBB.

Baca Juga: Jalan Terjal Tuntut Keadilan, 3 Warga Lumajang Jalan Kaki ke Jakarta Demi Temui Presiden Jokowi Tiba di Purwokerto

Sementara saat menerima Presiden Jokowi, Putin menyiapkan dua kursi yang sangat berdekatan. Kemudian berbincang dalam suasana akrab.

"Jokowi tak diberi layanan sebegitu rupa, maksudnya Indonesia ada dalam "good book" Rusia," tulis Ayman.

Menurutnya, Indonesia ada dalam "good book" Rusia. Pertama, Indonesia dianggap netral dari awal konflik sampai sekarang. Kedua, Indonesia adalah "potential superpower" yang tengah bangkit.

Dalam dasar luar Indonesia ada satu prinsip yang dipanggil "mendayung di antara dua karang".

Indonesia ibarat orang yang tengah mendayung sampan. Mencoba elakkan sampan daripada langgar batu karang (kuasa besar) yang timbul di permukaan laut.

Ilustrasi mendayung di antara dua karang [Akun Twitter Penulis dan analis geopolitik Malaysia Ayman Rashdan Wong]

"Lawatan Jokowi kali ini pun bukan semata-mata nak "mendonia" atau saja nak tunjuk Indonesia hebat, tapi juga bertujuan untuk menyelamatkan persidangan G20 yang akan diadakan di Bali pada November," tulis Ayman.

Jokowi ingin menjadikan G20 sebagai legasinya. Sebelum masa jabatannya berakhir pada 2024.

Berbagai upaya dibuat untuk menonjolkan citra Indonesia sebagai kuasa yang tengah bangkit.

"Jadi Jokowi tak nak konflik ni kacau "once in a lifetime moment" Indonesia. Daripada duk dengar negara Barat ni ajar apa yang Indonesia patut buat, tak patut buat, lebih baik Jokowi ambil inisiatif untuk jadi pendamai antara Ukraine dan Rusia."

Ukraine dan Rusia berdamai atau tidak, itu soal kedua. Bagi Indonesia.

Yang penting Jokowi telah memberi pesan bahwa Barat tidak boleh mendikte Indonesia untuk memboikot Rusia. Malah Jokowi turut menjemput Ukraina ke persidangan G20.

Untuk masa ini, Ukraine dan Rusia masih sukar untuk berkompromi. Tapi keadaan mungkin berubah mendekati bulan November nanti. Saat G20 digelar di Bali.

Load More