SuaraSulsel.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membantah opini adanya cuaca ekstrem maupun gempa bumi yang menyebabkan bencana Pantai Amurang Minahasa Selatan, Sulawesi Utara.
Berdasarkan Analisis Tim Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika disebutkan bahwa penyebab bencana tersebut adalah faktor lain.
"Bencana yang terjadi di Pantai Amurang itu bukan karena cuaca ekstrem, iklim ekstrem, atau aktivitas kegempaan. Namun, disebabkan oleh faktor yang lain," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Senin 20 Juni 2022.
Adapun Bencana Minahasa Selatan terkait jembatan ambrol dan amblasnya sejumlah rumah di area Pantai Amurang akan dilakukan penelitian lebih lanjut. Dengan melibatkan berbagai pakar dan kementerian atau lembaga terkait.
Ia merinci, pada saat terjadinya bencana tersebut berlangsung pada 14 Juni, curah hujan tercatat pada angka 5 mm di UPTD Tumpaan dan 3 mm di Amurang Timur dalam Kategori Hujan Ringan yang diperkuat data citra radar cuaca dan satelit cuaca pukul 13.30-14.00 WITA.
Kemudian dari sisi kegempaan, tidak ada aktivitas gempa bumi di sekitar Pantai Amurang memicu terjadinya bencana ambrolnya jembatan dan amblasnya beberapa rumah.
Sementara dari aspek tinggi gelombang tergolong kategori rendah yaitu berdasarkan Prakiraan tinggi Gelombang oleh BMKG tanggal 14 Juni 2022 sekitar 0,75 m.
Guswanto mengatakan BMKG bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), lembaga lintas sektor dan pakar lintas disiplin terus mengkaji secara mendalam penyebab bencana di Pantai Amurang, Minahasa Selatan.
"Kepala BNPB sudah menyampaikan akan meneliti lebih lanjut bersama para pakar untuk investigasi," kata dia.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca Kaltim 20 Juni 2022, Diperkirakan Hujan Sedang Dominan Terjadi di Wilayah Ini
Saat ini, di kawasan Pantai Amurang sedang dalam status tanggap darurat. Terdapat kekhawatiran masyarakat atas pergerakan tanah yang dapat membahayakan warga.
Semasa tanggap darurat, kata Guswanto, BMKG berupaya memberi ketenangan bagi masyarakat dengan memasang sejumlah alat portabel, baik AWS Portabel dan Seismograf Portabel. Alat taktis tersebut berfungsi mengamati cuaca dan aktivitas seismik secara lokal.
"Baik AWS Portabel dan Seismograf Portabel digunakan untuk masa tanggap darurat, bersifat lokal untuk menenangkan masyarakat yang masih khawatir terkait pemantauan bila ada tanah bergerak," katanya. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- 5 Body Lotion Mengandung SPF 50 untuk Mencerahkan, Cocok untuk Yang Sering Keluar Rumah
Pilihan
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
Terkini
-
Magang ke Jepang: Pemprov Sulsel Siapkan Peta Industri
-
Gubernur Sulsel Dorong Guru Agama Profesional dan Ajarkan Anak Cinta Al-Quran
-
Seberapa Tangguh Mobil Listrik Digunakan Saat Banjir? Ini Penjelasan BYD
-
Pengadilan Eksekusi Tanah Jusuf Kalla Tanpa Konstatering BPN, Nusron Wahid: Kok Bisa..
-
Mentan Amran: Aku yang Terdepan Lawan Mafia Pangan!