SuaraSulsel.id - Semakin banyak orang secara selektif menghindari berita penting seperti pandemi virus corona, invasi Rusia ke Ukraina, dan krisis biaya hidup, demikian menurut sebuah laporan yang dirilis pada Selasa 14 Juni 2022.
Sementara mayoritas orang yang disurvei mengonsumsi berita secara teratur, sebanyak 38 persen mengatakan mereka sering atau kadang-kadang menghindari berita penting itu, "naik dari 29 persen pada 2017", kata Institut Reuters untuk Studi Jurnalisme dalam Laporan Berita Digital tahunannya.
Sekitar 36 persen--“terutama mereka yang berusia di bawah 35"--mengatakan bahwa berita penting tersebut menurunkan kenyamanan suasana hati mereka.
Kepercayaan pada berita juga menurun, dan terendah di Amerika Serikat. Rata-rata, 42 persen orang mengatakan bahwa mereka mempercayai sebagian besar berita sepanjang waktu; angka itu telah turun di hampir separuh negara dalam laporan itu dan meningkat di tujuh negara.
"Sejumlah besar orang melihat media sebagai subjek untuk pengaruh politik yang tidak semestinya, dan hanya sebagian kecil yang percaya bahwa sebagian besar organisasi berita menempatkan yang terbaik bagi masyarakat di atas kepentingan komersial mereka sendiri," tulis Direktur Institut Reuters Rasmus Kleis Nielsen dalam laporannya, yang berdasarkan survei daring terhadap 93.432 orang, yang dilakukan di 46 negara.
Pemirsa yang lebih muda semakin mengakses berita melalui platform seperti TikTok, dan memiliki koneksi yang lebih rendah ke nama produsen berita, menurut laporan tersebut.
Setiap minggu 78 persen anak berusia 18 hingga 24 tahun mengakses berita melalui agregator, mesin pencari, dan media sosial.
Empat puluh persen dari kelompok usia tersebut menggunakan TikTok setiap minggu, dengan 15 persen mengatakan mereka menggunakannya untuk mencari, berdiskusi, atau berbagi berita.
Pertumbuhan jumlah orang yang membayar untuk berita daring cenderung menurun, dengan sebagian besar langganan digital beralih ke beberapa produsen berita nasional.
Di 20 negara tempat pembayaran untuk berita tersebar luas, 17 persen responden survei membayar untuk berita daring apa pun, angka yang sama seperti tahun lalu. Pembayaran untuk berita lokal bervariasi di seluruh negara yang diriset.
Institut Reuters untuk Studi Jurnalisme didanai oleh Thomson Reuters Foundation, cabang filantropi Thomson Reuters. Jajak pendapat itu memiliki margin kesalahan 2-3 poin persentase naik atau turun. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Pilihan HP Samsung Murah Harga Rp1 Jutaan: RAM 6 GB, Performa Terbaik
- 6 Mobil Matic Bekas di Bawah Rp 40 Juta: Cocok untuk Pemula dan Ramah di Kantong
- Keluarkan Rp7 Juta untuk Tebus Ijazah Eks Satpam, Wamenaker Noel: Perusahaan Membangkang Negara
- 8 Rekomendasi HP Harga Rp1 Jutaan Spesifikasi Tinggi: Layar AMOLED, Kamera 50 MP!
- 5 Mobil Keluarga Terbaik yang Kuat Tanjakan, Segini Beda Harga Bekas vs Baru
Pilihan
-
Daftar Rekomendasi Mobil Bekas Favorit Keluarga, Kabin Lapang Harga di Bawah Rp80 Juta
-
6 Mobil Bekas Kabin Luas Bukan Toyota, Harga di Bawah Rp80 Juta Pas Buat Keluarga!
-
3 Mobil Toyota Bekas di Bawah Rp80 Juta: Kabin Lapang, Hemat Bensin dan Perawatan
-
Catatan Liputan Suara.com di Jepang: Keajaiban Tas, Uang dan Paspor Hilang Kembali ke Pemilik
-
Proyek Rp1,2 Triliun Kerap Bermasalah, Sri Mulyani Mendadak Minta Segera Diperbaiki
Terkini
-
Polisi Tembak TNI Gadungan Pencuri Emas dan Ponsel Warga
-
53 Ribu Roti Gratis Dibagikan ke Warga Makassar
-
Petani Sinjai Merana: Banjir 2 Meter Ancam Gagal Panen 4 Hektare Sawah
-
Dari Maros ke Barru Cuma Rp10 Ribu! Ini Jadwal dan Rute Kereta Api Sulawesi Selatan
-
Rebutan Pulau, Sengketa Panas Sulsel dan Sultra di Laut