SuaraSulsel.id - Perayaan Idul Fitri adalah peristiwa besar yang menjadi momentum kemenangan bagi seluruh umat Islam.
Mengutip Telisik.id -- jaringan Suara.com, momentum ini tercapai setelah umat Muslim menjalankan ibadah puasa selama satu bulan. Berjuang melawan nafsu dan berbagai macam godaan di bulan Ramadhan.
Perayaan Idul Fitri pertama kali dilaksanakan pada tahun ke-2 Hijriah.
Sebelum agama Islam datang, kaum Arab memiliki dua hari raya yang dilaksanakan secara meriah.
Kemudian, tradisi ini berubah setelah Rasulullah mendapatkan perintah untuk menyebarkan agama Islam.
Melansir NU Online, sejarah hari raya Idul Fitri berkaitan erat dengan dua peristiwa dalam sejarah Islam, yaitu Perang Badar dan hari raya masyarakat jahiliyah.
Perayaan Idul Fitri pertama kali digelar pada tahun ke-2 Hijriah, yaitu bertepatan dengan kemenangan kaum Muslimin pada Perang Badar.
Usai perang, secara tidak langsung umat Muslim merayakan kemenangan dengan penuh rasa syukur dan gembira. Bukan hanya kemenangan dalam perang, tetapi juga kemenangan karena berhasil selamat selama satu bulan di saat itu.
Kemudian, mulailah menjadi tradisi dan ibadah yang dilakukan umat Muslim hingga saat ini.
Sebelum itu, tepatnya sebelum agama Islam datang, kaum Arab Jahiliyah merayakan dua hari raya yang sangat meriah.
Disebutkan dalam hadis bahwa Idul Fitri tak lepas dari sejarah tradisi masyarakat jahiliyah yang memiliki kebiasaan khusus bermain dalam dua hari.
Kemudian, setelah Rasulullah mendapat perintah untuk menyebarkan Islam dan jalan kebenaran yang berasal dari Allah, tradisi tersebut berubah.
Dalam hal ini, Rasulullah mengganti hari raya masyarakat jahiliyah terlebih dahulu menjadi acara yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.
Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW, kaum jahiliyah dalam setiap tahunnya memiliki dua hari yang digunakan untuk bermain, ketika Nabi Muhammad SAW bersabda: kalian memiliki dua hari yang biasa digunakan, sesungguhnya Allah telah mengganti doa hari itu dengan hari yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR Abu Dawud & an-Nasa'i).
Sebelumnya, doa-doa tersebut diisi dengan acara pesta pora, tradisi mabuk-mabukan dan menari.
Berita Terkait
Terpopuler
- Ole Romeny Menolak Absen di Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
- Tanpa Naturalisasi, Jebolan Ajax Amsterdam Bisa Gantikan Ole Romeny di Timnas Indonesia
- Makna Satir Pengibaran Bendera One Piece di HUT RI ke-80, Ini Arti Sebenarnya Jolly Roger Luffy
- Ditemani Kader PSI, Mulyono Teman Kuliah Jokowi Akhirnya Muncul, Akui Bernama Asli Wakidi?
- Jelajah Rasa Nusantara dengan Promo Spesial BRImo di Signature Partner BRI
Pilihan
-
6 Smartwatch Murah untuk Gaji UMR, Pilihan Terbaik Para Perintis 2025
-
3 Film Jadi Simbol Perlawanan Terhadap Negara: Lebih dari Sekadar Hiburan
-
OJK Beberkan Fintech Penyumbang Terbanyak Pengaduan Debt Collector Galak
-
Tarif Trump 19% Berlaku 7 Agustus, RI & Thailand Kena 'Diskon' Sama, Singapura Paling Murah!
-
Pemerintah Dunia dan Tenryuubito: Antagonis One Piece yang Pungut Pajak Seenaknya
Terkini
-
BRI Dukung UMKM Aiko Maju Jadi Pemasok Program MBG di Sitaro
-
Dewan Pers: Kekerasan Terhadap Jurnalis Meningkat
-
Ekspresi Bahagia Ribuan PPPK Pemprov Sulsel Terima SK
-
Kasus 5 Pekerja Jatuh di Jembatan Tarailu, Disnaker Sulbar: Pasti Ada Sanksi
-
BRI Bukukan Laba Rp26,53 Triliun di Tengah Tantangan, Terus Berdayakan UMKM