Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Selasa, 05 April 2022 | 21:13 WIB
Warga beraktivitas di permukiman padat penduduk di kawasan Kebon Melati, Jakarta, Kamis (3/3/2022). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

SuaraSulsel.id - Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman meminta kepada sejumlah Organisasi Perangkat daerah (OPD) untuk mengatasi kemiskinan yang terjadi di lima daerah termiskin Sulsel.

Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel per Maret 2022, lima daerah paling miskin di Sulsel adalah Kabupaten Jeneponto dengan persentase 14,28 persen, Pangkep 14,28 persen.

Lalu disusul Luwu Utara dengan persentase 13,59 persen, kemudian Luwu 12,52 persen, dan selanjutnya Enrekang 12,47 persen.

"Ini harus jadi perhatian untuk lima wilayah termiskin di Sulsel. Terutama Jeneponto untuk petani garam dan empang yang tidak pernah ada perubahan, tolong Dinas Pertanian ini diperhatikan," kata Andi Sudirman di Makassar, Selasa 5 April 2022.

Baca Juga: Sulawesi Selatan Masuk Nominasi Penghargaan Pembangunan Daerah, Kementerian PPN-Bappenas Verifikasi Lapangan

Menurutnya, dinas terkait harus segera dikerahkan untuk menjalankan program yang punya efek langsung terhadap ekonomi masyarakat, sehingga tingkat kemiskinan bisa tertangani di daerah itu.

"Daerah dengan tingkat kemiskinan paling parah di Sulsel, perlu dilakukan evaluasi dan intervensi segera oleh OPD terkait," katanya.

Andi Sudirman mengemukakan bahwa mengatasi kemiskinan perlu melibatkan masyarakat sebagai subjeknya, yakni harus dilakukan uji publik, konsultasi dengan melibatkan pihak yang telah eksis di sana.

"Selain dari akademisi, kita membuat desain harus orang lapangannya juga ikut. Menanyai langsung apa yang menjadi kebutuhan warga di sana," katanya.

"Buat program di daerah itu, seperti mendorong industri garam di Jeneponto, bisa dilakukan diskusi publik untuk petani garam. Apa yang menjadi kebutuhan mereka," tambah Andi Sudirman.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Sulawesi Selatan Selasa 5 April 2022

Sementara Kepala BPS Sulsel Suntono menyebut sejumlah komoditas yang memberikan pengaruh terbesar terhadap garis kemiskinan (GK) di Sulsel yakni beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, ikan bandeng, kue basah, dan mie instan.

"Secara umum komoditi yang memberi pengaruh besar terhadap kemiskinan di pedesaan adalah makanan, sedangkan di perkotaan lebih dipengaruhi oleh non makanan," katanya.

Garis kemiskinan terbagi atas dua yakni garis kemiskinan makanan dan non makanan. Garis kemiskinan makanan menguasai kurang lebih 75 persen dari total garis kemiskinan.

"Jadi kalau garis kemiskinannya bergerak naik maka dan ini berpotensi meningkatkan penduduk miskin," ujar dia.

Beras sebutnya memberi sumbangan terbesar 19,92 persen di perkotaan dan 25,84 persen di pedesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap GK yakni 10,53 persen di perkotaan dan 11,92 persen di pedesaan.

Pada periode Maret 2021- September 2021 GK Sulsel naik sebesar 3,21 persen. Yakni dari Rp372.491 per kapita per bulan Maret 2021 menjadi Rp384,455 per kapita per bulan September 2021. (Antara)

Load More