SuaraSulsel.id - Kabupaten Sidenreng Rappang atau sering disingkat Sidrap. Memperingati hari ulang tahun (HUT) ke 678. Di pertambahan usia, daerah yang terkenal sebagai penghasil beras terbesar di timur Indonesia itiu mengalami banyak perubahan.
Pembentukan Kabupaten Sidrap melalui proses sejarah yang cukup panjang. Awalnya, kerajaan Sidenreng dan kerajaan Rappang adalah kerajaan kembar yang diperintah oleh dua orang raja kakak beradik.
Oleh karena itu tidak ada batasan yang tegas memisahkan kedua wilayah tersebut. Kini kedua kerajaan tersebut berubah jadi Kabupaten Sidenreng Rappang.
Pada hasil dokumentasi Catatan Buku Kita disebutkan, bahwa dalam manuskrip Lontara Sidenreng-Rappang hanya menggambarkan bahwa penduduk di kerajaan Sidenreng dan Rappang hanya dapat dibedakan saat panen padi tiba.
Baca Juga: Sejarah Bulan Rajab, Beserta Makna dan Keutamaan Bulan Asyhurul Haram
Warga yang memanen padinya ke arah utara, itulah masyarakat Rappang. Sementara, yang memanen padi ke arah selatan adalah rakyat Sidenreng.
Selain itu, kedua rajanya juga pernah berikrar, "mate elei Rappang, mate aruwengngi Sidenreng. Mate Sriwengngi Rappang, mate ele'i Sidenreng".
Artinya, apabila rakyat Rappang meninggal ketika pagi hari, maka rakyat Sidenreng meninggal di sore hari. Sebaliknya, apabila rakyat Rappang meninggal ketika sore hari, maka rakyat Sidenreng meninggal di pagi harinya.
Nama Sidenreng sendiri pertama kalinya diberikan oleh sekelompok orang yang dipimpin oleh delapan orang bersaudara dari Sangalla, Tana Toraja. Mereka hijrah meninggalkan daerahnya akibat kezaliman rajanya.
Delapan orang tersebut adalah La Wewangriu, La Togelipu, La Pasampaoi, La Pakolongi, La Pababbari, La Panaungi, La Mappasessu, dan La Mappatunru.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Peristiwa Sampit 18 Februari 2001
Menilik nama-namanya yang tidak berciri-ciri Toraja, mereka diduga bukanlah penduduk asli Sangalla atau etnis Toraja melainkan berasal dari Luwu. Ini diperkuat oleh sumber yang mengatakan bahwa Sangalla dulu berada di bawah kekuasaan kerajaan Luwu.
Pemberian nama Sidenreng untuk memperingati peristiwa mula pertama kedatangan mereka di tempat itu. Dengan cara saling bergandeng tangan atau Sidenreng atau Sirenreng dalam bahasa Bugis.
Mereka masuk ke danau untuk mandi dan mengambil air. Danau itu kini dikenal dengan nama Danau Sidenreng.
Dari peristiwa itu, maka wilayah tersebut diberi nama Sidenreng. Namun, orang Bone, Soppeng dan Wajo menyebut tempat itu dengan nama Tanae Aja Tappareng.
Artinya, daerah yang berada di sebelah barat danau Sidenreng. Dalam bahasa Bugis, danau disebut Tappareng, sementara barat disebut Aja atau Riaja.
Di daerah Ajatappareng ini kemudian terbentuk lima kerajaan-kerajaan lokal yaitu Sidenreng, Rappang, Sawitto, Suppa dan Alitta. Kerajaan-kerajaan inilah yang sesungguhnya disebut Lima Ajatappareng.
- 1
- 2
Berita Terkait
Tag
Terpopuler
- Ogah Ikut Demo Besar-besaran Ojol di Jakarta 20 Mei, KBDJ: Kami Tetap Narik Cari Rezeki!
- 10 Mobil Bekas di Bawah Rp100 Jutaan: Kabin Lapang, Keluaran Tahun Tinggi
- 8 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Vitamin C, Ampuh Hilangkan Noda Hitam
- 7 Sunscreen Mengandung Salicylic Acid, Ampuh Atasi Jerawat dan Kulit Berminyak
- Kritik Suporter PSS ke Manajeman Viral, Bupati Sleman: Ya Harus segera Berbenah
Pilihan
-
Honda Cari Bibit Pembalap Muda di Ajang HDC
-
Profil Pemilik Rupiah Cepat, Pinjol Viral yang Disorot Publik Ternyata Dikuasai Asing
-
5 HP Murah Rp2 Jutaan Layar AMOLED: RAM Besar, Kamera Resolusi Tinggi
-
Mau Wajah Glowing? Inilah Urutan Menggunakan Skincare Malam yang Tepat
-
7 Brand Skincare Korea Terbaik, Auto Bikin Kulit Mulus Harga Mulai Rp19 Ribu
Terkini
-
Ini Syarat Baru Masuk SMAN Unggulan di Kota Makassar
-
5 Link Saldo Dana Kaget, Bisa Klaim Hingga Ratusan Ribu Rupiah
-
10 Langkah Pendirian Koperasi Merah Putih di Desa dan Kelurahan
-
Menpora & Gubernur Sulsel 'Ngopi' Bahas Stadion Sudiang! Proyek Mangkrak atau Lanjut?
-
Hari Kebangkitan Nasional, BRI Terus Perkuat Ekonomi Desa dan UMKM Sebagai Langkah Konkret