Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Minggu, 26 Desember 2021 | 20:50 WIB
Ilustrasi daging merah (pixabay) / tomwieden.

SuaraSulsel.id - Perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) sering drayakan dengan makan bersama orang terkasih oleh masyarakat Sulawesi Utara (Sulut). Namun, timbul imbauan kepada warga Sulut untuk tetap memperhatikan menu yang di makan.

Khususnya daging yang akan dihidangkan di perayaan Nataru. Hal itu disampaikan Tokoh Masyarakat Sulut, Irjen Pol Dr Benny Mamoto.

“Tidak salah memilih daging tapi sebaiknya hindari daging satwa liar apalagi yang sudah terancam punah dan dilindungi seperti Yaki atau Macaca nigra,” kata pria yang juga Yaki Ambasador Indonesia itu melansir dari BeritaManado.com--Jaringan Suara.com, Minggu (26/12/2021).

Sebagai pegiat lingkungan yang juga menjabat sebagai Ketua Harian Komisi Polisi Nasional (Kompolnas) dirinya mengingatkan warga untuk lebih bijak memilih daging dengan menjatuhkan pilihan pada daging lain seperti daging ayam, babi atau sapi sebagai pengganti daging satwa liar.

Baca Juga: Berlibur di Momen Natal, Warga Sumsel Pilih Berwisata ke Pantai di Lampung

Selaras dengan Mamoto, Program Selamatkan Yaki yang konsisten bergerak dalam upaya konservasi, penelitian dan pendidikan yang fokus utama untuk mempertahankan sisa populasi yaki yang sudah terancam punah menghimbau warga lebih peduli terhadap yaki dan satwa endemik Sulawesi yang juga sudah mulai jarang terlihat dalam kebun-kebun warga.

Padahal satwa liar sangat berperan dalam keseimbangan ekosistem alam sehingga jika satu saja terganggu maka berbahaya bagi kehidupan.

Koordinator Edukasi Program Selamatkan Yaki Purnama Nainggolan mengatakan, warga seyogianya bangga akan adanya satwa liar apalagi satwa yang hanya ada di Sulawesi atau disebut endemic Sulawesi.

"Rasa bangga dan peduli akan melahirkan kerjasama yang kuat untuk terus menjaga keberadaan satwa ini apapun tantangan yang dihadapi,” ujarnya.

Seorang mantan pemburu lestari dari desa Pinangunian Kota Bitung, Dendi Karundeng mengatakan, sudah beberapa tahun ini sudah menghentikan kebiasaannya dalam berburu satwa liar dan aktif mengkampanyekan pelestarian lingkungan dan satwa.

Baca Juga: Bulog Pastikan Ketersediaan Daging Kerbau hingga Awal 2022

“Sekarang saya jadi pembawa pesan lestari di kampung-kampung karena saya sepakat menyampaikan bahwa adalah bijak tidak makan dan bahkan tidak memburu satwa liar yang sudah langkah, sudah jarang dan ataupun sudah dilindungi,” imbuhnya.

Himbauan yang sama juga pernah disampaikan Ketua Sinode GMIM Pdt. DR Hein Arina.

“Saya menghimbau kepada seluruh warga GMIM untuk menjaga satwa liar karena itu juga ciptaan Tuhan yang seharusnya kita lindungi keberadaannya,” sambatnya.

Load More