Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Rabu, 08 Desember 2021 | 16:41 WIB
Reza Rahadian mempromosikan film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, di Kota Makassar, Selasa, 7 Desember 2021 [SuaraSulsel.id/Lorensia Clara Tambing]

Di era Presiden Soeharto, tepatnya tahun 1983, pemerintah meminta agar masyarakat tidak menatap gerhana matahari. Alasannya bisa mengakibatkan kebutaan.

Menteri Penerangan Harmoko kala itu menginstruksikan agar gerhana matahari disaksikan lewat siaran radio atau TVRI saja. Pemerintah bahkan gencar memasang spanduk hingga tingkat RT untuk daerah yang dilalui gerhana seperti Jawa Tengah, asal daerah Soeharto.

Dalam film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas bahkan diperlihatkan gambar koran yang menerbitkan larangan melihat gerhana matahari kala. Juga diskusi dua anak kecil yang berdebat soal larangan tersebut.

Istilah Petrus juga berulang kali disebutkan dalam film ini. Petrus adalah penembakan misterius yang terjadi di tahun 1983 hingga 1985 atau pada masa Orde Baru.

Baca Juga: Kenang Mirdad Tak Hadiri Sidang Cerai, Pengacara Beri Penjelasan Begini

Saat itu banyak ditemukan warga Indonesia yang tewas, bahkan kian tahun terus meningkat. Penembakan misterius itu dilakukan kepada preman untuk menekan angka kriminalitas.

Produser film Muhammad Zaidy mengatakan awalnya tergugah memproduksi film ini karena adaptasi dari novel yang sangat kaya dengan muatan sosial-politik. Apalagi kisahnya terjadi di era presiden Soeharto.

Bukunya sendiri memang mengangkat tema-tema tersebut. Termasuk soal adagen seks yang terbilang cukup vulgar.

Zaidy mengaku adegan seks dalam film itu sangat relevan dengan kondisi saat ini. Dimana Iteung dan Ajo adalah korban pelecehan seks di masa lalu. Mereka sama-sama punya trauma.

Zaidy mengatakan isu Toxic Masculinity seperti ini perlu dibahas. Termasuk soal impotensi yang bagi sebagian orang dianggap memalukan, namun ini tidak perlu dihindari.

Baca Juga: Viral Kepala Pekon di Pringsewu Digerebek Selingkuh, Polisi Sempat Kesulitan Evakuasi

"Saya melihat hal ini perlu dibahas termasuk soal budaya patriarki di Indonesia yang menjadi bagian dari cerita film ini. Sangat relevan dengan kondisi hingga saat ini. Jadi adegan seks itu bukan untuk cari sensasi atau erotisme, bukan," tukasnya.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More