SuaraSulsel.id - Abdul Majid (36 tahun) imigran Afghanistan mengaku masih trauma. Apalagi setelah mendengar kabar Taliban menguasai negaranya saat ini.
Abdul sekarang berada di Kota Makassar. Dia adalah salah satu dari ribuan warga Afghanistan di Indonesia yang mencari suaka.
Ia mengaku, seminggu terakhir ketakutan menghantuinya. Tidurnya tak bisa nyenyak. Abdul mengingat keluarganya yang masih ada di Afghanistan. Apalagi setelah Taliban berkuasa, kekacauan ada dimana-mana.
Abdul bercerita, sejak kecil ia sudah terbiasa melihat peperangan di negaranya. Setiap menit ada suara tembakan. Dalam dua puluh menit, bom juga diledakkan.
Baca Juga: Biaya Tes PCR di Rumah Sakit Daya Makassar Rp 500 Ribu, Untuk Syarat Perjalanan
"Sejak saya kecil hingga sekarang saya trauma. Apalagi kalau dengar berita di media mengenai kondisi Afghan saat ini. Saya khawatir karena keluarga di sana," ujar Abdul saat dihubungi SuaraSulsel.id, Rabu, 25 Agustus 2021.
Kisah sedih selalu menghantui warga Afghanistan. Setiap hitungan menit juga tercatat ada warga yang meninggal.
Ia mengaku saat berusia 16 tahun, sudah disuruh bekerja keras tanpa diupah. Jika tidak, maka diwajibkan untuk ikut pendidikan militer.
Beda lagi untuk wanita. Mereka tak boleh kemana-mana. Hanya boleh di rumah saja. Jika menolak, maka akan disiksa.
"Bagi anak laki-laki jika menolak maka nyawa taruhannya. Anak laki-laki pilihannya hanya dua. Menjadi prajurit atau buruh paksa," jelasnya.
Baca Juga: Usai Demo Ricuh Ratusan Imigran Afghanistan, Kantor UNHCR Disemprot Disinfektan
"Anak perempuan juga begitu. Di rumah membantu ibunya atau menjadi istri para prajurit. Jika menolak akan disiksa," lanjutnya.
Menurutnya, tak ada yang berbeda antara pemerintahan Taliban dan Presiden sebelumnya, Ashraf Gani. Keduanya sama-sama kejam.
Mereka menyerang masyarakat sipil. Dalihnya untuk kepentingan agama, namun perilakunya sama sekali tidak mencerminkan nilai keislaman. Mereka membenarkan pertumpahan darah.
Sebagai masyarakat sipil, ia mengaku pasrah. Kini, ia tak ingin pulang ke negaranya.
Menurutnya, warga Afghanistan hanya punya dua pilihan. Melarikan diri atau bertahan menunggu kematian di dalam rumah.
"Saya bangga bisa meninggalkan negara yang seperti kota mati. Dipenuhi ketakutan terhadap pemerintah atau pemberontak Taliban," keluhnya.
- 1
- 2
Berita Terkait
Terpopuler
- Istri Menteri UMKM Bukan Pejabat, Diduga Seenaknya Minta Fasilitas Negara untuk Tur Eropa
- Asisten Pelatih Liverpool: Kakek Saya Dulu KNIL, Saya Orang Maluku tapi...
- 3 Kerugian AFF usai Menolak Partisipasi Persebaya dan Malut United di ASEAN Club Championship
- Mulan Jameela Sinis Ahmad Dhani Sebut Mantan Istri dengan Panggilan 'Maia Ahmad'
- Pengganti Elkan Baggott Akhirnya Dipanggil Timnas Indonesia, Jona Giesselink Namanya
Pilihan
-
7 Rekomendasi Merek AC Terbaik yang Awet, Berteknologi Tinggi dan Hemat Listrik!
-
Daftar 7 Sepatu Running Lokal Terbaik: Tingkatkan Performa, Nyaman dengan Desain Stylish
-
Aura Farming Anak Coki Viral, Pacu Jalur Kuansing Diklaim Berasal dari Malaysia
-
Breaking News! Markas Persija Jakarta Umumkan Kehadiran Jordi Amat
-
Investor Ditagih Rp1,8 Miliar, Ajaib Sekuritas Ajak 'Damai' Tapi Ditolak
Terkini
-
Dari Desa untuk Desa, AgenBRILink Ini Bantu Petani Lewat 3 Cabang
-
Kejati Sulsel Selidiki Dugaan Korupsi Program Revitalisasi Kampus UNM Rp87 Miliar
-
Lukisan Purba di Goa Leang-leang Maros Masuk Buku Sejarah Indonesia
-
Polisi Tahan 2 Dosen Perguruan Tinggi Negeri di Makassar, Dugaan Pelecehan Seksual
-
BRI: Sektor UMKM Mencakup lebih dari 97% dari 65 Juta Pelaku Usaha, Berkontribusi 61% pada PDB