Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Selasa, 24 Agustus 2021 | 05:05 WIB
Tugu pahlawan di Jalan Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Untuk mengenang perlawanan TNI terhadap KNIL (Koninklijk Nederlandsch Indische Leger) atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda [SuaraSulsel.id / Lorensia Clara Tambing]

Sepeninggal Mattalatta, satu per satu bangunan mulai berdiri. Awalnya hanya sekadar warung biasa. Karena di lokasi itu ada dermaga.

"Tapi sekarang orang-orang sudah tinggal (menetap) di sini. Dulu tidak ada yang berani. Diusir kita," tambahnya.

Berbeda dengan Ryan, salah satu warga asli Makassar. Ia mengaku tak tahu jika tugu tersebut adalah tugu pahlawan.

"Saya tidak tahu, saya kira tugu biasa karena tersembunyi. Saya tahunya hanya Benteng Rotterdam," ujarnya.

Baca Juga: Potret Perjuangan Kemanusiaan di Masa Kemerdekaan dalam Film Soegija

Ya, tugu pahlawan memang tak seperti monumen lainnya yang terawat dan dibuat cantik. Bahkan ada yang dibuatkan Unit Pelaksana Teknis (UPT) untuk merawatnya.

Padahal sejarah tugu Pahlawan ini jadi saksi bisu, betapa kukuhnya Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) yang saat ini bernama TNI mempertahankan kemerdekaan.

Belanda lewat KNIL berencana kembali menguasai tanah air. Saat itu terjadi pemberontakan besar-besaran di Makassar.

Peran besar KNIL di Indonesia adalah menggempur para pejuang republik tanpa ampun. Ada yang bertempur habis-habisan karena sumpah setia kepada Ratu Belanda, tapi ada pula yang terjebak.

Disebutkan banyak serdadu KNIL masuk tentara Belanda karena terjebak propaganda bohong. Sebagian serdadu yang dalam Perang Dunia II pergi ke Australia seperti Heiho serta Romusha sebenarnya tidak tahu apa yang terjadi di tanah air selama berada di sana.

Baca Juga: Profil Zeljeznicar Banja Luka, Klub yang Akan Dituju Wonderkid PSM Edgard Amping

Dengan propaganda seperti itu, mereka kemudian sulit berdamai dengan Republik Indonesia yang dipimpin Soekarno-Hatta.

Load More