Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Selasa, 15 Juni 2021 | 14:15 WIB
Daeng Lusing, dukun beranak di Desa Pao, Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan / [SuaraSulsel.id / Muhammad Aidil]

SuaraSulsel.id - Daeng Lusing, dukun beranak di Desa Pao memutuskan berhenti melakukan aktivitasnya. Membantu proses persalinan bagi ibu-ibu hamil.

Penyebabnya, karna sejak Puskesmas aktif beroperasi di sekitar tempat tinggalnya, pada tahun 2017. Dokter mengharuskan ibu-ibu yang ingin melahirkan kosultasi dan berobat ke Puskesmas. Tidak lagi menggunakan jasa dukun beranak.

"Karena dokter mengharuskan ke puskesmas untuk melahirkan," kata Daeng Lusing saat ditemui SuaraSulsel.id di Desa Pao, Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa.

Pria berusia 42 tahun ini menceritakan bahwa sebelum puskesmas aktif di wilayahnya, dirinya dahulu sangat diandalkan oleh masyarakat sebagai Sanro alias dukun beranak. Untuk membantu proses persalinan ibu-ibu yang ingin melahirkan.

Baca Juga: Guardiola Gagal Menangi Liga Champions karena Dikerjai Dukun Afrika, Benarkah?

Daeng Lusing mulai aktif membantu proses persalinan sejak masih berumur 15 tahun. Ilmu dukun beranak yang digunakan merupakan ilmu turun temurun dari keluarga.

"Dari dulunya memang keluarga adalah Sanro alias dukun. Jadi ilmunya dari bapak dan ibu," jelas Daeng Lusing.

Menurut Daeng Lusing, ilmu dukun beranak yang ia tekuni selama ini lebih efektif dari pada ilmu medis yang digunakan oleh dokter di puskesmas.

Pengalaman Daeng Lusing, pernah kejadian salah satu anggota keluarganya dibawa ke Puskesmas untuk melahirkan. Malah ingin dirujuk ke salah satu rumah sakit di Kota Makassar untuk dilakukan operasi bedah caesar.

Karena puskesmas yang menangani tidak memiliki alat medis untuk melakukan bedah caesar.

Baca Juga: Geger! Puluhan Orang Ngaku Dukun Santet Serang Israel Pakai Rudal Gaib

Daeng Lusing yang melihat hal itu tidak diam begitu saja. Dia meminta petugas puskesmas untuk menurunkan keluarganya dari mobil ambulans.

Daeng Lusing pun turun tangan membantu proses persalinan. Dengan menggunakan metode dukun beranak yang dimilikinya.

"Saya datang bertanya mau bawa ke mana ini keluarga?. Terus dijawab mau dibawa ke Makassar untuk caesar. Saya bilang turunkan saja, nanti saya yang bertanggungjawab. Saya kasih air sama keluarga yang mau melahirkan itu, tidak lama berselang keluar bayinya. Ini orang yang sudah mau dicaesar bahkan melahirkan normal karena pertolongan ilmu Sanro (dukun beranak)," tambah Daeng Lusing.

Cara yang digunakan Daeng Lusing dalam membantu proses persalinan cukup sederhana jika dibandingkan dengan cara yang dilakukan dokter yang ada di puskesmas.

Petugas kesehatan akan menggunakan berbagai macam alat-alat medis untuk dapat membantu mengeluarkan bayi. Sementara Daeng Lusing, hanya menggunakan air yang telah diberi doa-doa. Kemudian mmeberi air tersebut kepada perempuan yang ingin melahirkan.

"Lebih bagus mekanisme saya dalam membantu proses persalinan. Kalau dokter itu kan, harus dia lihat ini ibu-ibu. Kalau saya tidak, cukup pakai air terus berdoa. Minumankan lalu tunggu keluar ini bayi. Saya juga tidak menyentuh perempuan yang mau melahirkan ini cukup pakai air saja. Airnya dibacakan doa," terang Daeng Lusing.

Setiap perempuan yang dibantu dalam proses persalinan juga tidak dikenakan biaya oleh Daeng Lusing. Karena ilmu dukun yang dipelajari Daeng Lusing memang digunakan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan, tanpa harus mendapat imbalan upah atas jasa dukun baranak yang ia jalankan.

"Tidak dibayar. Saya juga cukup bersyukur kalau yang dibantu sudah sehat dan melahirkan," ujar Daeng Lusing.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman. Daeng Lusing pun sudah tidak aktif lagi sebagai dukun beranak. Kini dia menjalani aktivitas sebagai petani di Desa Pao, Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa untuk menghidupi keluarganya.

Selain bertani, Daeng Lusing juga dikenal sebagai pawang hujan, menaman obat-obat herbal, dan sesekali mendampingi warga ke puskesmas setempat yang meminta pertolongannya saat ingin melahirkan.

"Karena dianjurannya puskesmas itu, tidak bisa jadi dukun beranak. Tapi kalau mendampingi bisa. Jadi saya ini biasa memang mendampingi orang sampai puskesmas. Biasa dikasih air, bahkan terkadang bidan ini minta kasih lagi air supaya bisa membantu persalinan," katanya.

Program Kemitraan Bidan dan Dukun

Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan Muhammad Ichsan Mustari mengemukakan, keberadaan dukun beranak di Sulsel saat ini memang telah berkurang.

Hal ini terjadi karena jumlah bidan-bidan di desa semakin diperbanyak. Agar masyarakat yang ingin melahirkan mendapatkan pelayanan persalinan yang lebih aman.

Saat disinggung terkait program kemitraan dukun beranak dan bidan, Ichsan Mustari tidak memungkiri adanya program tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu peran dukun beranak dalam membantu proses persalinan pelan-pelan akan menghilang.

Karena itu, ia berharap kedepannya semua proses persalinan dapat ditangani oleh tenaga kesehatan. Tetapi, jika masih ada dukun beranak yang ingin melakukan proses persalinan maka akan dilakukan pembinaan. Agar dapat memberikan pelayanan yang lebih aman.

"Iya ada program itu. Tapi kan pelan-pelan kita harap dukun beranak itu sudah tidak ada. Kita penguatan-penguatan bidan desa. Jadi indikator-indikator kita seberapa banyak persalinan ditangani di fasilitas kesehatan. Semakin banyak kan semakin bagus," kata dia.

"Iya, kita berharap bukan lagi dukun beranak supaya aman. Cuma kalau masih ada kita bina mereka. Tidak bisa juga kita larang. Tidak etika itu kalau begitu, tapi pelan-pelan dengan bertambahnya bidan desa kan. Berarti semakin kurang juga dukun beranak," sambung Ichsan Mustari.

Ichsan Mustari mengaku belum dapat memastikan berapa banyak jumlah dukun beranak yang masih aktif melakukan proses persalinan di Sulsel.

"Jumlah nanti saya kasih. Tidak terlalu banyak juga barang kali. Cukup ya, karena saya bawa materi ini," katanya.

Kontributor : Muhammad Aidil

Load More