Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Sabtu, 10 April 2021 | 15:12 WIB
Ilustrasi siswa putus sekolah/ [google]

75 anak ini kini dalam pembinaan. Apalagi sekolah tempat mereka belajar sudah dinobatkan menjadi sekolah ramah anak. Setidaknya, kata Mirdan, mereka bisa lulus SMA dulu.

Mirdan mengatakan, kasus seperti ini kemungkinan tidak menimpa sekolahnya saja. Bisa jadi di sekolah lain di Makassar juga mengalami hal yang sama.

Makanya, pihak sekolah dan orang tua perlu peka. Mirdan berharap rencana sekolah tatap muka bisa menekan masalah sosial di tingkat remaja.

Apalagi bagi mereka yang masih berstatus siswa. Edukasi soal kesehatan mental juga dinilai sangat penting dilakukan pihak sekolah.

Baca Juga: Telusuri Aliran Uang ke Nurdin Abdullah, KPK Periksa Anggota DPRD Makassar

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak juga menunjukkan data yang sama. Tren prosistusi di kalangan pelajar selama pandemi meningkat.

Kepala UPT Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pemprov Sulsel Meysi Papayungan mengatakan, tren protistusi online di Sulawesi Selatan meningkat setahun terakhir. Tepatnya selama pandemi Covid-19.

Hingga Maret 2021, ada 45 kasus yang dilaporkan. Dominan pelaku dan korban adalah pelajar.

Menurutnya, masalah perekonomian selama pandemi dan masifnya penggunaan media sosial jadi salah satu alasan, kenapa kasus protistusi kian marak.

Apalagi remaja dinilai paling aktif bermedia sosial. Sehingga transaksi secara online juga kian masif.

Baca Juga: Pelajar di Lampung Pesan Tembakau Gorila untuk Dipakai saat Idul Fitri

Pihaknya mendapati rata-rata mereka yang terlibat adalah masyarakat yang perekonomiannya rendah. Namun, kebanyakan protistusi online sulit untuk ditindaklanjuti.

Minimnya saksi dan alat bukti, kata Meysie, kadang menyulitkan pihaknya dan kepolisian untuk mengusut kasus ini.

"Belum lagi, korban kadang malu untuk melapor,".

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Load More