Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Kamis, 08 April 2021 | 08:39 WIB
Pasangan suami istri diduga pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar / [SuaraSulsel.id / Istimewa]

SuaraSulsel.id - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) akan memetakan daerah-daerah di Tanah Air yang penduduk perempuannya rentan direkrut menjadi pelaku terorisme.

"Kami dan BNPT akan membuat data karena data penting untuk pastikan di mana wilayah-wilayah kerentanan itu terjadi," kata Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan Dalam Rumah Tangga dan Rentan Kementerian PPPA Valentina Gintings dalam seminar daring bertajuk "Perlindungan Perempuan Dari Paham Terorisme dan Ekstrimisme" yang dipantau di Jakarta, Rabu 7 April 2021.

Valentina mengatakan, nantinya penduduk perempuan di daerah yang rentan tersebut akan diberikan pelatihan dan pengarahan. Untuk mencegah mereka terpapar paham radikal.

Ia menambahkan Kemen PPPA di tingkat desa telah memiliki kelompok kerja berupa Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM). Hingga saat ini, tercatat 1.921 desa, 342 kabupaten/ kota, dan 34 provinsi yang telah memiliki Pokja PATBM.

Baca Juga: Eks Napi Teroris Penjual Airgun ke Zakiah Aini Jadi Tersangka

Selain PATBM, juga ada pokja lainnya yakni Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga). Saat ini ada 156 Puspaga telah terbentuk di 12 provinsi dan 12 kabupaten/ kota.

"Kami sudah punya kelompok-kelompok masyarakat dari tingkat paling rendah seperti PATBM, Puspaga. Nanti kami mencetak mereka menjadi perempuan-perempuan pelopor perdamaian sehingga mereka menjadi garda terdepan kita untuk memastikan pencegahan di tingkat masyarakat," kata dia.

Valentina Gintings mengatakan perempuan yang menjadi pelaku aksi teror diduga telah memiliki pemahaman ekstremisme dalam pola pikirnya.

Mereka kemudian didoktrin paham radikal dalam waktu singkat oleh perekrut teror. Sehingga para perempuan ini akhirnya bersedia menjadi pelaku teror.

"Jadi mereka sudah punya paham ekstrem (pola pikir, red.) sehingga dalam jangka waktu dua jam itu memang bisa dipengaruhi. Karena keterpaparan korban yang akan direkrut ini, cara berpikirnya sudah radikal, lalu diberikan (doktrin, red.) sedikit (dalam waktu singkat, red.) saja pasti cepat masuk paham terorisme," katanya Valentina.

Baca Juga: Munarman Tantang Buktikan FPI Sarang Teroris: Jangan Main Kayu

Dalam dua peristiwa teror yang terjadi pada dua pekan terakhir, tercatat perempuan terlibat sebagai pelaku teror.

Dalam dua peristiwa teror yang terjadi pada dua pekan terakhir, tercatat perempuan terlibat sebagai pelaku teror. Teror bom bunuh diri dilakukan dua terduga teroris di Katedral Hati Yesus Yang Maha Kudus di Jalan Kajaolalido, Kelurahan Baru, Makassar, Sulawesi Selatan pada Minggu (28/3) pagi.

Pelaku adalah pasangan suami istri yang baru menikah sekitar enam bulan lalu, meledakkan bom yang mereka bawa sehingga mereka tewas di tempat kejadian. Pelaku pria berinisial L dan perempuan YSF atau D.

Keduanya tergabung dalam kelompok kajian di Vila Mutiara Makassar, merupakan anggota kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah yang berafiliasi dengan ISIS.

Tiga hari kemudian, yakni pada Rabu (31/3), Mabes Polri dikejutkan dengan penyusupan terduga teroris perempuan berinisial ZA ke Kompleks Mabes Polri.

Terduga teroris tersebut sempat menodongkan senjata api kepada aparat yang sedang bertugas di sekitar gerbang Mabes Polri.

Tidak menunggu lama, ZA langsung dilumpuhkan dengan timah panas oleh petugas, karena dinilai telah mengancam keselamatan. (Antara)

Load More