Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Kamis, 04 Maret 2021 | 19:31 WIB
SMKN 1 Pinrang / [KabarMakassar.com / Rudi Hartono]

SuaraSulsel.id - Kabar kurang baik datang dari sejumlah nasabah Bank Mini Sekolah (BMS) yang dikelola SMKN 1 Pinrang. Dana nasabah yang disimpan tidak bisa ditarik.

Alasan pengelola, uang dalam BMS tidak ada alias kosong. Sehingga pengelola BMS tidak mampu mengembalikan uang nasabah.

Jumlah uang yang harus dikembalikan Bank ke nasabah pun tidak main-main. Hasil perhitungan sementara sekitar Rp 2 miliar.

Informasi yang dihimpun KabarMakassar.com -- jaringan Suara.com, nasabah bank yang dikelola SMK Negeri 1 Pinrang terdiri dari guru, keluarga guru, dan warga di sekitar sekolah.

Baca Juga: Video Syur Anak SD dan SMP Mesum di Dekat Sekolah dan Kantor PPK di Tasik

Kepala SMKN 1 Pinrang Lasidang membenarkan, unit bisnis yang dikelola sekolah sedang bermasalah. Unit bisnis itu terdiri dari koperasi dan Bank Mini Sekolah (BMS).

“Iya, koperasi ada, BMS juga. Pengelolanya ada,” kata Lasidang kepada Wartawan, Kamis (4/3).

Lasidang mengatakan, jauh sebelum ia menjabat sebagai kepala sekolah, BMS telah beroperasi sejak tahun 2000.

Kini, ia pun baru tahu kalau BMS bermasalah saat muncul begitu banyak keluhan dari nasabah yang ingin menarik uangnya, namun kas dari BMS malah kosong.

“Macet memang. Banyak yang tidak kembalikan dana dari uang yang dipinjam di BMS,” bebernya.

Baca Juga: Setelah Dua Sekretaris Pribadi, Muncul Kasus Siswi Diduga Dikerjai Kepsek

Estimasi uang yang mesti dikembalikan oleh BMS ke sejumlah nasabahnya itu berkisar pada angka Rp 2 miliar.

Lasidang juga mengakui, jika persoalan ini juga telah dilaporkan oleh nasabah ke pihak kepolisian.

“Setahu saya angkanya memang berkisar itu (Rp 2 miliar). Belum ada solusi, kecuali nasabah ditunggu bersabar. Nanti normal bisnis sekolah baru diusahakan dibayarkan itu,” ujar Lasidang yang sudah dua tahun menjabat sebagai kepala sekolah.

Sementara itu, Kepala Unit Produksi SMKN 1 Pinrang, Abd Rahman mengatakan awal berdirinya BMS suku bunga tabungan yang ditawarkan ke nasabah sekitar 1 persen per bulan, sementara pinjaman yang ditawarkan sekitar 2 persen per bulannya.

“Awal berdirinya bunga penabung sekitar 1 persen sementara pinjaman sekitar 2 persen bunganya per bulan itu berjalan lancar. Setelah diturunkan 0,75 persen bunga untuk penabung, dan bunga untuk pinjaman 1,5 persen mulai macet,” ujarnya.

Rahman mengaku BSM milik sekolah itu, macet disebabkan banyaknya nasabah yang belum mengembalikan uang yang telah di pinjam di BSM.

“Bagai mana caranya kita mau kembalikan tabungan nasabah, sementara ada juga nasabah yang tidak mengembalikan pinjamannya,” ungkapnya.

Dirinya meminta kesabaran nasabah, pihak sekolah akan berupaya untuk mengembalikan uang milik nasabah.

“Kita mohon kesabaran dari nasabah, kami akan upayakan untuk mengembalikannya,” pungkasnya.

Load More