SuaraSulsel.id - Rencana pemerintah melakukan sekolah tatap muka mulai Januari 2021 mendapat penolakan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Hal ini juga didukung Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Makassar .
Ketua IDI Kota Makassar dr Siswanto Wahab mengatakan, perlu diingat ada tiga poin penting untuk memperhatikan masa depan anak.
"Yakni hak anak hidup, hak anak sehat, dan hak anak mendapatkan pendidikan," kata Siswanto dalam rilisnya, Kamis (3/12/2020).
Peningkatan jumlah kasus yang signifikan pasca pembukaan sekolah telah dilaporkan di banyak negara. Sekalipun negara maju. Sebut saja Korea Selatan, Prancis, Amerika Serikat.
Oleh sebab itu, bila rencana transmisi pembelajaran tatap muka tetap perlu diberlakukan pada bulan Januari 2021, IDI Kota Makassar mendukung kebijakan IDAI untuk menegaskan perlu adanya sejumlah hal yang diperhatikan dan dilakukan yang mencakup dukungan untuk kesehatan dan kesejahteraan anak.
Yakni penundaan pembukaan sekolah untuk kegiatan pembelajaran tatap muka sampai vaksin Covid-19 sudah ada.
"Karena vaksin memiliki andil yang cukup besar untuk menurunkan transmisi," kata Siswanto.
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia dr Aman Bhakti Pulungan mengatakan, seluruh warga sekolah termasuk guru dan staf sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki risiko yang sama untuk tertular dan menularkan Covid-19.
"Menimbang dan memperhatikan panduan dari WHO, publikasi ilmiah, publikasi di media massa, dan data Covid-19 di Indonesia pada saat ini, maka IDAI memandang bahwa pembelajaran melalui sistem jarak jauh (PJJ) adalah hal yang lebih aman," ungkap Aman.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Tak Bisa Sukses Redam Pandemi Tanpa Didukung 3M
Namun demikian, berbagai laporan terkait kesejahteraan anak dan keluarga selama pandemi berlangsung juga perlu mendapatkan perhatian.
"Sebut saja adanya peningkatan stres pada anak dan keluarga, perlakuan yang salah, pernikahan dini, ancaman putus sekolah, serta berbagai hal yang juga mengancam kesehatan dan kesejahteraan anak yang secara umum dialami di negara-negara berkembang," kata Aman.
Mulai dari pendidikan disiplin hidup bersih sehat, penerapan protokol kesehatan dari rumah hingga ke sekolah, termasuk mempersiapkan kebutuhan penunjang kesehatan anak seperti masker, bekal makanan dan air minum, pembersih tangan, hingga rencana transportasi.
"Kendati demikian, orangtua juga harus memperhatikan kebutuhan anak," kata Aman.
Bila anak masih sangat memerlukan pendampingan orangtua saat sekolah dan memiliki kondisi komorbid yang dapat meningkatkan risiko sakit parah apabila tertular Covid-19, maka sebaiknya anak belajar dari rumah dulu saja.
Perlu diajarkan juga pada anak dan guru untuk mengenali dan mengetahui gejala awal sakit dan melapor pada guru apabila diri sendiri atau teman ada yang mengalami gejala sakit.
Berita Terkait
Terpopuler
- Satu Kata Misteri dari Pengacara Pratama Arhan Usai Sidang Cerai dengan Azizah Salsha
- 15 Titik Demo di Makassar Hari Ini: Tuntut Ganti Presiden, Korupsi CSR BI, Hingga Lingkungan
- 3 Negara yang Bisa Gantikan Kuwait untuk Jadi Lawan Timnas Indonesia di FIFA Matchday
- Liga Inggris Seret Nenek ke Meja Hukum: Kisah Warung Kopi & Denda Ratusan Juta yang Janggal
- Deretan Kontroversi yang Diduga Jadi Alasan Pratama Arhan Ceraikan Azizah Salsha
Pilihan
-
Dikuasai TikTok, Menaker Sesalkan PHK Massal di Tokopedia
-
Thom Haye Gabung Persib Bandung, Pelatih Persija: Tak Ada yang Salah
-
Bahas Nasib Ivar Jenner, PSSI Sebut Pemain Arema FC
-
Link CCTV Jakarta Live: Gedung DPR/MPR, Patung Kuda, Benhil dan GBK
-
Danantara Tunjuk 'Ordal' Prabowo jadi Komisaris Utama PGN
Terkini
-
Muhammad Iqbal Djawad Daftar Calon Rektor Unhas 20262030
-
Warga Gotong Royong Bantu Pemulihan Kebocoran Pipa Minyak PT Vale
-
Jufri Rahman: Pelayanan Publik Adalah Wajah Pemerintah
-
Gubernur Sulsel Bantu Rp1 Miliar Korban Kebakaran di Sorowako
-
Pemprov Sulsel Optimistis BUMD Berdaya Saing Lewat Dukungan DPR RI