"Saya adalah generasi kedua yang memperjuangkan tanah itu, namun tekanan demi tekanan sudah cukup luar biasa. Terutama saya sudah banyak mendapat tekanan. Bahkan tahun lalu hampir terjadi konflik berdarah. Kami sudah memperjuangkan lebih dari 30 tahun tanah kami," terang Evi.
Akibat lahan tersebut diserobot, kata dia, warga Pamona sudah tidak dapat bekerja lagi. Sebab, satu-satunya tanah yang selama ini dijadikan masyarakat untuk bertahan hidup semuanya sudah dirampas oleh PTPN untuk kepentingan lahan kelapa sawit.
"Sekarang kami sudah tidak punya penghasilan karena lahan kami sudah tidak ada. Setiap mereka ke kebun, mereka (PTPN bawa Brimob)," katanya.
Senada dengan Evi, warga Pamona, Tedy menambahkan bahwa dirinya juga menjadi korban perampasan tanah yang dilakukan oleh PTPN XIV. Kebun-kebun Tedy yang ditanami merica dan coklat juga dirampas oleh PTPN.
Baca Juga: Masyarakat Adat yang Lahannya Tidak Digusur Lebih Survive saat Pandemi
"Kebun saya, di dalamnya ada 1500 merica, 100 coklat, dan pohon palang. Kalau tetangga-tetangga saya, ada ribuan sawit, tanaman merica yang lain. Itu semua dirusak tidak ada ganti rugi," ungkap Tedy.
Tedy mengungkapkan bahwa berbagai upaya juga telah dilakukan oleh masyarakat Pamona untuk mempertanyakan mengapa lahan pertanian mereka dirampas oleh PTPN.
Namun, jawaban yang diterima masyarakat Pamona dari PTPN malah justru hal yang tidak mengenakkan.
"Kami sudah melakukan upaya untuk bertanya kepada PTPN, tapi PTPN justru mengatakan kami bodoh, penipu. Dan mengatakan kalau anda merasa ini tanah milik anda, silahkan gugat di pengadilan. Itu berarti gugatan perdata, kita tidak ada uang. Kita orang miskin. Selama PTPN datang ke Luwu Timur sampai sekarang, tidak ada kontribusi apa pun. Selain hanya merampas lahan-lahan pertanian keluarga saya, dan teman-teman yang lain," beber Tedy.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulsel Muhammad Al Amin mengemukakan, apa yang terjadi pada masyarakat Pamona telah membuktikan bahwa rakyat kerap kali menjadi korban bisnis negara untuk memperluas atau meningkatkan APBD dan APBN serta pendapatan negara.
Baca Juga: AMAN Bicara Sulitnya Pengesahan UU Masyarakat Adat
Dimana, tanah-tanah adat yang sudah dikelola oleh masyarakat selama bertahun-tahun juga dirampas secara paksa.
"Yang terjadi adalah negara dan pemerintah sudah sering kali mengabaikan hal tersebut dan mengambil tanah itu secara paksa," katanya.
Sebab itu, Amin menegaskan agar Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir tidak menggunakan cara-cara lama untuk memperluas bisnis negara. Erick Thohir harus bertanggungjawab atas konflik agraria yang dialami warga adat Pamona, Kabupaten Luwu Timur.
"Erick Thohir harus tanggungjawab atas konflik agraria di Pamona. Ada ratusan warga Pamona dan belasan warga Desa Pancakarsa yang saat ini mencari keadilan agar tanahnya dikembalikan oleh PTPN. Saya juga meminta agar PTPN menghentikan cara-cara represif dalam mendapatkan aset-asetnya. Dan pemerintah harus turun tangan atas konflik ini," tegas Amin.
Sementara itu, Manager PTPN XIV Andi Evan yang dikonfirmasi terpisah belum mau memberikan komentar terkait lahan masyarakat Pamona, Kabupaten Luwu Timur yang direbut secara paksa tersebut. Ia beralasan sedang berada di luar kota untuk suatu kepentingan.
"Baiknya dibicarakan di kantor. Saya di Burau besok pagi," singkatnya.
Kontributor : Muhammad Aidil
Berita Terkait
Terpopuler
- Duet Elkan Baggott dan Jay Idzes, Prediksi Susunan Pemain Timnas Indonesia vs China
- 27 Kode Redeem FF Terbaru 17 Mei: Klaim Diamond, Token, dan Skin Cobra MP40
- Penampilan Syahrini di Cannes Mengejutkan, Dianggap Berbeda dengan yang di Instagram
- 8 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Vitamin C, Ampuh Hilangkan Noda Hitam
- Ditegur Dudung Abdurachman, Hercules Akhirnya Minta Maaf ke Gatot Nurmatyo dan Yayat Sudrajat
Pilihan
-
Berapa Biaya Pembuatan QRIS?
-
Belum Tentu Stefano Lilipaly, Menebak Pengganti Ragnar Oratmangoen di Timnas Indonesia
-
Bikin Tidur Tak Nyenyak, Sri Mulyani Sebut Ekonomi Makin Suram
-
Rotasi Besar-besaran di Kemenkeu Libatkan Petinggi TNI Hingga Orang Istana, Sri Mulyani Bungkam
-
APBN Berbalik Arah Usai Berdarah-darah Selama 3 Bulan, Kini Surplus Rp 4,3 Triliun
Terkini
-
Menpora & Gubernur Sulsel 'Ngopi' Bahas Stadion Sudiang! Proyek Mangkrak atau Lanjut?
-
Hari Kebangkitan Nasional, BRI Terus Perkuat Ekonomi Desa dan UMKM Sebagai Langkah Konkret
-
Penumpang KM Tidar Diduga Terjun ke Laut di Makassar, Pencarian Masih Berlangsung
-
Gawat! Demo Ojol Nasional Ancam Lumpuhkan Kota-Kota Besar
-
Pemprov Sulsel Laporkan Magdalena De Munnik ke Polisi atas Dugaan Dokumen Palsu