SuaraSulsel.id - Sungai dan muara di Kota Makassar menjadi habitat buaya. Karena seringnya warga melihat buaya di sepanjang sungai di Kota Makassar.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sulawesi Selatan, Thomas Nifinluri, menanggapi viralnya video buaya yang dibawa warga ke rumah.
Buaya tersebut kemudian dibuatkan acara ritual. Ditidurkan dan dihibur dengan musik gendang. Hingga akhirnya dilaporkan mati di rumah warga.
"Buaya itu kan satwa yang dilindungi. Habitatnya atau rumahnya di sungai dan di muara. Konflik satwa buaya dan manusia terjadi karena habitat mereka terganggu atau sudah rusak, dan semakin sempit karena pengembangan wilayah pemukiman penduduk," kata Thomas kepada suarasulsel.id, Jumat (13/11/2020).
Thomas mengaku, BKSDA akan meningkatkan sosialisasi ke masyarakat. Baik secara langsung maupun online.
Papan pengumuman di sepanjang daerah aliran sungai juga akan dipasang. Agar masyarakat bisa lebih waspada saat beraktivitas di sungai.
"Hasil tinjauan lapangan beberapa lokasi (muara dan sungai) di Makassar memang menjadi habitat buaya. Apalagi beberapa kasus kan mulai muncul di Kota Makassar. Kami akan memasang papan peringatan dan imbauan pada masyarakat untuk lebih waspada," ujar Thomas.
Masyarakat Diminta Melapor
Thomas mengatakan, masyarakat bisa melapor ke BKSDA jika menemukan satwa liar. Apalagi, buaya. Selain masuk satwa yang dilindungi, buaya juga hewan yang cukup membahayakan.
Baca Juga: Viral Warga Temukan Buaya Seberat 800 kg, Mesti Diangkat Pakai Forklift
"Kasihan juga jika sampai mati. Kami imbau warga, jika ada kejadian serupa bisa menghubungi BBKSDA Sulsel di 0811 4600 883. Kami punya Tim Wildlife Rescue yang akan membantu. Tim kami juga tersebar. Ada di Makassar, Parepare, Polman, Mangkutana, Takalar, dan Soppeng," jelasnya.
Sebelumnya, warga Kota Makassar digegerkan dengan penemuan buaya di Sungai Tallo. Warga sekitar meyakini, buaya tersebut adalah kerabat dari manusia sehingga dibawa ke rumah untuk dibuatkan ritual.
Alasan ritual dilakukan, karena warga mengaku sudah menjadi kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang mereka.
Buaya kemudian diperlakukan layaknya seseorang manusia yang meninggal dunia.
"Kalau itu ritual kain kafan dan gendang sudah jadi kebiasaan kita dari turun temurun. Karena itu buaya keturunan dari nenek," kata HJ, warga yang mengaku sebagai kerabat buaya tersebut kepada Suarasulsel.id.
HJ bilang, awalnya mereka berencana mengubur buaya tersebut seperti cara memakamkan seorang manusia yang telah meninggal pada umumnya.
Rencana itu batal setelah salah satu warga yang menyaksikan jalannya ritual, kerasukan.
HJ mengatakan, roh yang memasuki warga tersebut meminta agar buaya dikembalikan ke tempat asalnya. Begitupun dengan kain kafannya juga dilepas.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing
Berita Terkait
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgup Jakarta?
-
Awas Boncos! 5 Trik Penipuan Online Ini Bikin Dompet Anak Muda Ludes Sekejap
-
Menkeu Purbaya Sebut Mulai Besok Dana Jumbo Rp200 Triliun Masuk ke Enam Bank
-
iPhone di Tangan, Cicilan di Pundak: Kenapa Gen Z Rela Ngutang Demi Gaya?
-
Purbaya Effect, Saham Bank RI Pestapora Hari Ini
Terkini
-
Gubernur Sulsel Dukung Mendagri Perkuat Ekonomi dan Keamanan Daerah
-
Wali Kota Makassar Ingin Bangun Stadion Untia Tanpa Utang
-
Persita Siap Gebuk PSM Makassar, Ini Kata Pelatih Pena
-
Unhas Kenang Jasa Pahlawan dan Keluarga: Ziarah Makam Sultan Hasanuddin Jadi Momen Refleksi
-
BMKG: Makassar Belum Masuk Musim Hujan, Masyarakat Diminta Waspada Cuaca Ekstrem