Scroll untuk membaca artikel
Husna Rahmayunita
Minggu, 12 Juli 2020 | 08:48 WIB
Tolak penambangan pasir, anak-anak Pulau Sangkarrang sentil Dubes Belanda. (bidikan layar Terkini.id)

SuaraSulsel.id - Aktivitas penambangan pasir oleh perusahaan asal Belanda, Royal Boskalis di perairan Makassar dan Takalar, Sulawesi Selatan, mendapat penolakan warga.

Terkini, anak-anak Pulau Kondingareng dikabarkan bersuara meminta agar pemerintah Belanda menghentikan kegiatan tersebut. Hal itu ditunjukkan lewat sebuah video unggahan akun Twitter terverifikasi milik Jatamnas, Jumat (10/7/2020).

Dikutip dari Terkini.id--jaringan Suara.com, anak-anak itu mendesak Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Lambert Grijins segera memulangkan Kapal Boskalis.

Bukan tanpa sebab, menurut mereka, semenjak kapal tersebut mengeruk tambang pasir laut, nelayan kesulitan menangkap ikan.

Baca Juga: Update Covid-19 di Bali, Pasien Positif Bertambah 37 Orang

Pasalnya, ikan di wilayah tangkap yang sebelumnya, berpindah tempat sehingga para nelayan harus mencari lokasi lain.

"Pak Lambert, saya orang Indonesia, hentikan tambang pasir laut. Tarik kapal Boskalis segera," kata seorang bocah laki-laki seperti dikutip dari video, Minggu (12/7/2020).

Bocah itu bersama beberapa temannya, terlihat berbaris rapi sambil berbicara di hadapan kamera. Mereka mengeluhkan kegiatan kapal Boskalis yang mengeruk tambang laut.

Seorang anak perempuan lantas berbicara dengan bahasa daerah Makassar.

“Gara-gara kapal Boskalis, bapakku tidak ada ikannya, dan ibuku tidak ada uangnya," ujarnya.

Baca Juga: Angkut 10 Ekor Sapi, Kapal Kayu Hilang di Perairan Midai Natuna

“Pak Lambert, kita kan orang nelayan, kasihani nelayan," sambung perempuan yang usianya lebih tua.

Selain anak kecil, dalam video tersebut, tampak seorang ibu yang tengah berkumpul bersama keluarga nelayan lain.

Perempuan tersebut menuturkan bahwa semenjak kapal tambang pasir laut itu beroperasi, para nelayan seringkali pulang dengan tangan kosong.

"Pendapatan kami berkurang dan malah tidak ada. Biasanya kami bisa mendapatkan 2-3 ekor per hari, sekarang, biasa 1 ekor dan biasa tidak ada," keluh ibu tersebut.

Lebih lanjut, dia mengatakan, sejak adanya kapal Boskalis utang para nelayan menjadi menumpuk lantaran ongkos bensin saat melaut tak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh.

Bahkan, para nelayan harus menempuh perjalanan jauh dari pengerukan tambang pasir. Begitu juga ketika hendak meninggalkan wilayah tangkap nelayan yang selama ini menjadi tempat menangkap ikan.

Untuk lebih jelasnya, video anak-anak Pulau Kondingareng yang meminta Kapal Boskalis dipulangkan bisa disimak di sini.

Load More