Cerita Desa Santa Klaus yang Ramai Dikunjungi Warga Toraja

Kerlap-kerlip lampu Natal menyelimuti Wisma Tanabua di Rantepao, Toraja Utara

Muhammad Yunus
Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:07 WIB
Cerita Desa Santa Klaus yang Ramai Dikunjungi Warga Toraja
Suasana penginapan di Toraja Utara, Sulawesi Selatan yang disulap seperti Desa Santa Klaus di Finlandia ramai dikunjungi [SuaraSulsel.id/Istimewa]
Baca 10 detik
  • Wisma Tanabua di Rantepao, Toraja Utara, menjadi magnet sejak 20 Desember karena dekorasi lampu Natal ala Eropa.
  • Pemilik Wisma Tanabua memasang 150 set dekorasi untuk menawarkan suasana Natal yang hangat dan berkesan.
  • Dekorasi viral ini diharapkan memicu kreativitas lokal sekaligus membangun citra Toraja Utara sebagai destinasi festival dekorasi.

SuaraSulsel.id - Kerlap-kerlip lampu Natal menyelimuti Wisma Tanabua di Rantepao, Toraja Utara.

Sejak 20 Desember lalu, penginapan yang terletak di Jalan Diponegoro itu berubah menjadi magnet baru bagi warga.

Setiap sore hingga malam, ratusan orang silih berganti datang sekadar menikmati suasana atau mengabadikan momen langka itu.

Dari kejauhan, Wisma Tanabua tampak seperti potongan kecil Eropa yang "jatuh" di kota kecil Rantepao.

Baca Juga:Stok Aman, Harga Agak Goyah: Cek Harga Bahan Pokok di Palu Jelang Natal & Tahun Baru 2026

Lampu-lampu Natal berwarna hangat membalut atap dan dinding bangunan, menjalar di batang pohon, mengitari patung Santa Claus, hingga menyambut pengunjung di pintu masuk.

Tak sedikit warga yang berdecak kagum, menyebut suasana di tempat itu seperti di luar negeri.

"Rasanya seperti di Desa Santa Klaus," ujar Adrian, salah seorang pengunjung sambil tersenyum.

Wisma Tanabua memang tengah viral di media sosial. Dalam beberapa hari terakhir, linimasa warga Toraja dipenuhi unggahan foto dan video dekorasi Natal di tempat tersebut.

Banyak yang membandingkannya dengan Desa Santa Klaus Rovaniemi di Finlandia-kampung halaman Santa Claus yang tersohor itu.

Baca Juga:BI Sultra Siapkan Rp980 Miliar Uang Tunai untuk Nataru 2025/2026

Mirip juga pasar Natal di Eropa atau kemeriahan Natal di kota-kota seperti Helsinki.

Popularitas itu membuat kawasan sekitar wisma kian ramai setiap malam.

Pemilik Wisma Tanabua, Hary Tanjung mengakui dekorasi Natal tahun ini memang dibuat berbeda.

Bersama keluarga dan timnya, ia menyiapkan sekitar 150 set dekorasi yang terdiri dari ribuan lampu dan ornamen Natal.

Proses pemasangan dilakukan bertahap dengan perhatian khusus pada detail dan tata cahaya.

"Kami terinspirasi dari pengalaman melihat perayaan Natal di luar negeri, terutama di Eropa. Kami ingin menghadirkan suasana yang hangat, bukan sekadar ramai," kata Hary.

Menurut Hary, selama ini konsep perayaan Natal di Toraja sering kali identik dengan kemeriahan sesaat, terutama kembang api. Indah, tetapi cepat berlalu.

Tahun ini, ia ingin menawarkan pengalaman yang berbeda. Sesuatu yang bisa dinikmati lebih lama dan meninggalkan kesan.

"Selama ini Natal di Toraja sering diakhiri dengan kembang api. Ujung-ujungnya ya meriah karena kembang api saja. Sekarang kami ingin buat sesuatu yang sedikit berbeda," ujarnya.

Lebih dari sekadar hiasan, Hary berharap dekorasi ini bisa memicu kreativitas, khususnya bagi anak muda Toraja.

Ia ingin perayaan Natal menjadi ruang berekspresi, tempat ide-ide baru tumbuh dan berkembang.

"Ke depan kami ingin ada konsep-konsep baru lagi. Harapannya, anak-anak muda Toraja juga tergerak untuk ikut berkreasi," katanya.

Semangat itu sejalan dengan inisiatif Pemerintah Kabupaten Toraja Utara yang tahun ini menggelar lomba dekorasi pohon Natal dan lampu Natal.

Perlombaan tersebut salah satunya dipusatkan di halaman Gereja Toraja, dan mendapat sambutan antusias dari warga.

Hary menyebut ide pemerintah daerah itu sebagai langkah positif.

Menurutnya, Toraja Utara yang mayoritas penduduknya beragama Kristen Protestan dan Katolik memang sudah sepatutnya memiliki inovasi baru dalam merayakan Natal bukan hanya untuk memeriahkan hari raya, tetapi juga untuk menarik wisatawan.

"Ide dari pemerintah ini kami sambut dengan semangat. Kami ingin tampil maksimal, dengan konsep yang baik," ucapnya.

Ia berharap, ke depan pemerintah dapat memberikan dukungan yang lebih besar kepada warga yang ingin berkreasi, baik melalui lomba, festival, maupun dukungan fasilitas.

Dengan begitu, perayaan Natal dan Tahun Baru di Toraja bisa tumbuh menjadi daya tarik wisata yang berkelanjutan.

"Kalau setiap tahun diisi dengan hal-hal positif seperti ini, saya yakin Toraja bisa membangun citra pariwisata baru misalnya sebagai destinasi festival lampu dan dekorasi pohon Natal," kata Hary.

Antusiasme itu juga dirasakan Adrian, wisatawan asal Bandung yang kebetulan menghabiskan libur Natal di Toraja. Ia mengaku terkesan dengan suasana yang ia temui di Rantepao.

"Ini bikin gembira sekaligus haru. Natalnya terasa hidup dan penuh kebersamaan," ujar Adrian.

Natal memang telah berlalu. Namun di Rantepao, Toraja Utara, cahaya perayaan belum sepenuhnya padam.

Seolah ingin menahan euforia yang enggan cepat usai, tempat ini justru menjadi ruang baru bagi warga untuk menikmati sisa-sisa perayaan akhir tahun.

Menariknya, kawasan ini terbuka untuk umum, dapat dinikmati secara gratis dan dekorasi lampu akan tetap dipertahankan hingga akhir tahun.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini