Siswa SD di Tana Toraja Dibully Kakak Kelas Hingga Takut Sekolah

Korban mengaku ditendang oleh sekitar delapan orang siswa

Muhammad Yunus
Selasa, 29 Juli 2025 | 18:00 WIB
Siswa SD di Tana Toraja Dibully Kakak Kelas Hingga Takut Sekolah
NA, pelajar sekolah dasar di Tana Toraja, Sulawesi Selatan diduga jadi korban perundungan kakak kelasnya hingga takut pergi ke sekolah [Suara.com/Istimewa]

SuaraSulsel.id - Seorang siswa Sekolah Dasar Negeri Rante Ba’tan, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, berinisial NA diduga menjadi korban perundungan oleh sejumlah kakak kelasnya.

Peristiwa ini terjadi pada Senin, 28 Juli 2025 dan sempat viral di media sosial.

Korban mengaku ditendang oleh sekitar delapan orang siswa kelas 6 hingga tersungkur ke tanah.

Kasus ini terungkap setelah ibu korban, Natalia, mendapati anaknya tiba-tiba bangun menangis tersedu-sedu di rumah dan menolak berangkat ke sekolah keesokan harinya.

Baca Juga:Orang Tua Siswa di Makassar Keluhkan 'Jalur Belakang' Masuk SMP Negeri, Disdik Ungkap Fakta

"Anakku bilang diborongi anak kelas 6 (SD). Dia ketakutan sampai tidak mau sekolah lagi," ujar Natalia.

Natalia mengaku kecewa karena anaknya tidak berani mengadu kepada guru.

Salah satu pelaku disebut merupakan anak dari salah satu guru di sekolah tersebut. Ia juga menegaskan bahwa anaknya selama ini dikenal berprestasi dan tidak pernah membuat masalah.

"Kalau dia anak nakal, tidak mungkin dia selalu jadi ketua kelas. Nilainya juga selalu terbaik dari TK sampai sekarang," ujarnya.

Video sang anak menangis dan mengaku takut kembali ke sekolah sempat beredar luas di media sosial dan memancing reaksi publik.

Baca Juga:Pelajar SMP di Kabupaten Bone Diculik, Warga Ketakutan Tidak Berani Menolong

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Tana Toraja, Andarias Lebang, langsung turun tangan. Ia mendatangi sekolah dan memfasilitasi proses mediasi antara pihak korban dan para pelaku.

Para siswa yang diduga melakukan perundungan sudah dipanggil dan dimediasi. Mereka juga telah meminta maaf kepada korban.

Natalia berharap anaknya bisa kembali bersemangat mengikuti kegiatan belajar dan kejadian serupa tidak terulang kembali.

Kasus Perundungan Terus Berulang

Kasus perundungan siswa di Tana Toraja ini menambah panjang daftar kekerasan di lingkungan sekolah di Sulawesi Selatan.

Sebelumnya, pada Mei 2025, seorang siswa SMP Negeri 1 Mattiro Bulu di Kabupaten Pinrang berinisial RD (13) menjadi korban pemukulan oleh teman sekelasnya.

Korban dihajar hingga terjatuh hanya karena menunjukkan foto pelaku bersama teman dekatnya yang beredar di media sosial.

"Korban hanya menunjukkan foto yang sudah diunggah pelaku sendiri, tapi pelaku tersinggung dan memukul," ujar Kepala Sekolah, Sulaeman.

Pada 7 Mei 2025, seorang bocah taman kanak-kanak berinisial MK juga dirundung oleh enam orang pelajar kelas VI SD.

Para pelaku bahkan dijemput langsung oleh polisi di rumahnya.

Para pelaku nekat melakukan aksi bullying dengan menyeret, meludahi dan mengancam memasukkan korban ke dalam sebuah kantong kresek berukuran besar.

Saat melakukan bullying terhadap korban, mereka juga menertawai dan merekam aksinya. Video itu bahkan diunggah pelaku ke media sosial.

Yang lebih memilukan terjadi di Kota Makassar.

Seorang siswa kelas 6 SD Maccini I/1 bernama Muhammad Raja Afnan meninggal dunia setelah diduga dikeroyok oleh sesama pelajar.

Korban sempat menjalani perawatan intensif selama lima hari di Rumah Sakit Faisal sebelum menghembuskan napas terakhirnya.

Pihak keluarga mengungkap bahwa Raja sempat bercerita dirinya dikeroyok di depan sekolah oleh sejumlah pelajar, termasuk seorang siswa SMP.

Kasus tersebut kini masih dalam penanganan aparat penegak hukum.

Perlu Langkah Nyata

Kasus-kasus ini mengindikasikan lemahnya pengawasan serta minimnya edukasi tentang anti-kekerasan. Baik di lingkungan sekolah atau pun tempat tinggal.

Sudah saatnya Dinas Pendidikan di setiap daerah mendorong pembentukan unit perlindungan anak di sekolah yang aktif melakukan sosialisasi dan pemantauan.

Guru juga harus dibekali pelatihan untuk menangani konflik anak secara bijak dan cepat agar masalah seperti ini tidak terulang.

Sementara itu, Dinas Pendidikan Tana Toraja berjanji akan memperkuat sistem pengawasan di sekolah-sekolah untuk mencegah kekerasan serupa terulang.

Salah satu rencananya adalah mendorong program Sekolah Ramah Anak agar benar-benar dijalankan secara aktif, bukan sekadar slogan.

"Kita tidak ingin ruang belajar menjadi tempat yang menakutkan. Anak-anak harus merasa aman dan nyaman," tegas Kepala Dinas Pendidikan Tana Toraja, Andarias Lebang.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini