Atas sikapnya itu, ia dijuluki "Bapak Para Prajurit."
Salah satu warisan programnya yang monumental adalah ABRI Masuk Desa (AMD).
Program ini dimulai pada September 1980 dan melibatkan para prajurit dalam pembangunan infrastruktur desa, mulai dari jalan, jembatan, hingga sekolah dan sarana irigasi.
Ini menjadi cikal bakal kemanunggalan TNI dengan rakyat yang bertahan hingga kini.
Baca Juga:Duduk Perkara Oknum TNI Ancam Tembak dan Culik Anak Buah Prabowo di Makassar
Warisan Fisik dan Spiritualitas
Tak hanya di militer, Jenderal M Jusuf juga meninggalkan jejak kuat di ranah sosial dan keagamaan. Salah satu warisannya yang paling nyata adalah Masjid Al Markaz Al Islami di Makassar.
Gagasan masjid megah itu muncul setelah ia kembali dari Tanah Suci. Jenderal Jusuf ingin menghadirkan masjid yang luas seperti Masjidil Haram.
Ide itu ia sampaikan kepada banyak tokoh, termasuk Jusuf Kalla. Dukungan pun mengalir.
Pembangunan dimulai pada tahun 1994, dengan khotbah perdana oleh Quraish Shihab dan ceramah pembuka oleh Nurcholish Madjid.
Baca Juga:Anggota TNI Ancam Tembak Ketua Bappilu Gerindra Ternyata Adik Menteri Pertanian
Dua tahun kemudian, masjid tersebut berdiri megah dan kini menjadi masjid terbesar di Indonesia Timur.
Kenapa Ditolak Jadi Pahlawan?
Meski dianggap berkontribusi nyata, hingga kini Kementerian Sosial belum juga memberikan persetujuan atas gelar pahlawan nasional untuk M Jusuf.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sendiri telah mengusulkan namanya sejak tahun 2020. Namun selalu kandas.
Alasan penolakan pun belum pernah diungkap secara gamblang ke publik.
Padahal, menurut banyak kalangan, M Jusuf layak disejajarkan dengan para tokoh militer lain yang telah menyandang gelar pahlawan nasional.