SuaraSulsel.id - Seorang santri di kota Makassar, AR (14 tahun) dianiaya seniornya hingga tewas pada Kamis, 15 Februari 2024. Korban merupakan santri di pondok pesantren Tahfizhul Qur'an Al-Imam Ashim.
Korban sempat dirawat di rumah sakit Grestelina Makassar, bahkan menjalani operasi pembuluh darah. Sayangnya, korban dinyatakan meninggal pada Senin, 19 Februari 2024, malam.
"Iya, korban penganiayaan seniornya. Baru selesai dimakamkan," kata saudara korban, Renaldi (32), saat dikonfirmasi SuaraSulsel.id, Selasa, 20 Februari 2024.
Renaldi menceritakan peristiwa ini terjadi pada Kamis, 15 Februari 2024 sekitar pukul 10.00 Wita. Dari keterangan sejumlah saksi di lokasi kejadian, korban dipukuli oleh pelaku di perpustakaan hingga tidak sadarkan diri.
Baca Juga:Makassar Akan Lakukan Pemilihan Suara Ulang, Wali Kota: Saya Malu!
Keluarga baru mendapat informasi satu jam setelah kejadian. Mereka diminta untuk segera menuju rumah sakit karena kondisi korban tidak sadar.
"Saat kami sampai di rumah sakit, korban sudah tidak sadar. Kami segera dimintai persetujuan untuk tindakan bedah. Jika tidak, mungkin korban akan meninggal saat itu juga karena katanya pembuluh darah pecah," jelasnya.
Usut punya usut ternyata ayah dari pelaku merupakan seorang polisi. Keluarga pun meminta agar kasus ini ditangani secara profesional dan transparan.
Renaldi mengatakan belum tahu pasti motif dari penganiayaan tersebut. Pihak keluarga memberi kesempatan kepada polisi untuk mengusut kasus ini, walaupun ayah pelaku merupakan seorang aparat.
"Motifnya apa jujur kami belum tahu. Biar polisi bekerja dulu untuk memeriksa saksi-saksi," tuturnya.
Baca Juga:Santri di Kota Makassar Dianiaya Teman Hingga Meninggal Dunia
Kasat Reskrim Polres Makassar AKBP Devi Sujana berjanji mengusut tuntas kasus ini walaupun pelakunya masih di bawah umur. Ia mengatakan tim saat ini sedang melakukan olah tempat kejadian perkara untuk menyelidiki kematian korban.
- 1
- 2