Penganut Tolotang di Sulawesi Selatan Tidak Kenal Neraka, Ini 5 Fakta yang Jarang Diketahui Publik

Kepercayaan asli di suku Bugis ini selama berabad-abad menghadapi tantangan peradaban

Muhammad Yunus
Minggu, 29 Oktober 2023 | 12:05 WIB
Penganut Tolotang di Sulawesi Selatan Tidak Kenal Neraka, Ini 5 Fakta yang Jarang Diketahui Publik
Anak-anak penganut Towani Tolotang di kabupaten Sidrap menggelar atraksi Massempe atau adu kekuatan kaki sebagai hiburan setelah melakukan ritual Mappiare Inanre [Istimewa]

SuaraSulsel.id - Para penghayat Tolotang di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan menjalani kehidupan dengan kebersamaan, welas asih, dan semangat menaati peraturan. Kepercayaan asli di suku Bugis ini selama berabad-abad menghadapi tantangan peradaban.

Mereka setia merawat warisan nilai leluhur dan moyangnya, walau berada di ambang kepunahan. Dari data pemerintah setempat, jumlah penganut Tolotang hanya berkisar ribuan orang.

Tolotang berasal dari kata Tau yang berarti orang dan Lautang yang berarti selatan. Sehingga, Tolotang berarti orang Selatan. Maksudnya, sebelah selatan Amparita (Kabupaten Sidrap) tempat tinggal mereka.

Istilah ini semula dipakai oleh Raja Sidenreng sebagai panggilan terhadap orang-orang tersebut. Tetapi kemudian menjadi nama aliran kepercayaan mereka.

Baca Juga:BREAKING NEWS: Setiap Jam Satu Orang di Sulawesi Selatan Alami Kebutaan

Jauh sebelum kehadiran enam agama yang diakui pemerintah Indonesia--Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu--Tolotang dipercaya sudah ada. La Panaungi adalah tokoh yang mereka sembah.

La Panaungi dipercaya merupakan orang yang menerima wahyu dari Tuhan setelah Sawerigading. Para penganut kepercayaan ini meyakini La Panaungi diangkat ke langit dan akan kembali ke bumi.

Meski demikian, Tolotang percaya akan Tuhan Yang Maha Esa, yang mereka sebut dengan Dewata Sewae. Sementara kitab suci mereka adalah bahasa lontara yang biasa juga disebut Sure Galigo.

Para penghayat memanggil pimpinannya dengan sebutan Uwatta. Peranan Uwatta ini sangat penting seperti pengambil kebijakan, membagi warisan dan mediator.

Uwatta diyakini sebagai keturunan dari Sawerigading yang dapat berkomunikasi dengan Dewata Sewae. Olehnya, ia dipercaya untuk menjadi pemimpin.

Baca Juga:Satu Orang Pendaftar Calon Anggota KPID Sulawesi Selatan Tidak Lolos Seleksi Administrasi

Untuk lebih mengenal kepercayaan asli di Suku Bugis ini, berikut fakta dan keunikannya:

1. Tidak Percaya Neraka

Tolotang percaya akan akhirat dan hari kiamat atau mereka sebut Asolingeng Lino. Namun mereka tidak mengenal neraka.

Nasib mereka sepenuhnya digantungkan pada Uwatta. Para penganut cukup menjalankan kewajibannya yang disebut Molalaleng yaitu saling berbagi, saling menghargai dan mengasihi.

Dalam masyarakat Tolotang ada dua kelompok, yaitu Tolotang Benteng (orang Tolotang yang pindah ke agama Islam), dan Towani Tolotang (masih menganut agama Tolotang).

Konon, pada abad ke-17 raja Wajo yang bernama Petta Matoa mulai memeluk agama islam. Sang raja memerintahkan semua masyarakatnya meninggalkan Towani Tolotang dan masuk ke agama Islam. Yang tidak mau akan diusir.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini