SuaraSulsel.id - Mudik lebaran sudah jadi tradisi masyarakat di Indonesia setiap tahunnya. Rasanya tak lengkap merayakan Idul Fitri jika tidak pulang kampung bertemu keluarga.
Seperti yang dirasakan Rahmat Yatim (46 tahun), pemudik tujuan Surabaya, Jawa Timur.
Rahmat berangkat di pelabuhan Soekarno Hatta Makassar menuju pelabuhan Tanjung Perak pada Kamis, 20 April 2023, dini hari. Ia menumpangi kapal Darma Lautan Utama.
Ia terpaksa menghabiskan waktunya 24 jam lebih di kapal laut menggunakan tikar karung, demi bisa bertemu anak istrinya di Malang. Rahmat rela menunggu sejak Rabu pagi agar tidak berdesak-desakan ke kapal.
Baca Juga:Mengenal Sejarah Opor Ayam, Hidangan Khas saat Hari Raya Idul Fitri, Ternyata Ada Pengaruh dari...
"Saya sudah tiga tahun tidak pulang kampung. Kan pendapatan waktu Covid-19 pas-pasan, jadi tidak sempat pulang," ungkapnya saat ditemui di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar, Rabu, 19 April 2023.
Rahmat tidak sendiri. Ia bersama ribuan orang lainnya berdesak-desakan dan terpaksa tidur di lorong kapal karena tidak dapat tiket reguler kelas ekonomi.
Rahmat cukup membayar Rp300 ribu sudah bisa pulang kampung ke Surabaya. Dibanding naik pesawat, ia harus merogoh kantong Rp1,3 juta.
"Ya mau gimana, saya tidak mampu beli tiket pesawat yang harganya tiga kali lipat. Tiket kapal lebih hemat walau lebih lama," tuturnya.
Ia mengaku tak masalah tidur di lantai. Asalkan bisa pulang karena sudah sangat rindu keluarga dan kampung halamannya.
Baca Juga:Menhub Ungkap Arus Mudik Tol Jakarta-Semarang Melonjak 20 Persen
Pria yang berprofesi sebagai pengrajin mebel ini juga sudah menyiapkan hadiah lebaran untuk anak istrinya di rumah. Ia membeli ole-ole khas Makassar seperti bumbu coto dan kacang telur.
"Ada juga baju lebaran, kemudian bumbu coto jadi untuk persiapan lebaran di rumah. Ya, ada macam-macam hadiah untuk dibagikan ke keluarga lain," tuturnya.
Kapal laut memang merupakan salah satu moda transportasi yang disiapkan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pemudik selama musim mudik lebaran 2023.
Harganya yang jauh lebih murah menjadikan kapal laut dipilih masyarakat, yang tidak bisa menjangkau mahalnya harga tiket pesawat.
Hal yang sama dialami Fitriani Kowoi. Mahasiswi asal Nabire, Papua Tengah ini terpaksa rela lebaran di atas kapal laut demi pulang kampung ke Nabire, Papua Tengah.
Ia harus menempuh jarak antara Makassar-Nabire selama 4 hari menggunakan kapal Gunung Dempo.
"Itu pun tiga kali transit, di Sorong, Manokwari, Wasior baru sampai Nabire. Jadi terpaksa lebaran di kapal karena nanti kita sampai di Samabusa," ungkapnya.
Fitriani adalah mahasiswi salah satu perguruan tinggi swasta di Makassar. Selama kuliah, ia belum pernah pulang kampung.
Alasannya, karena ia harus menempuh perjalanan laut berhari-hari hingga tiba di Nabire. Sementara, jika menggunakan tiket pesawat, butuh sekitar Rp10 juta pulang pergi.
"Dulu tiket pesawat hanya Rp2 jutaan, tahun ini saya cek sudah Rp3,6 juta. Kalau naik kapal laut hanya Rp600 ribuan," bebernya.
Dari catatan Pelabuhan Indonesia Regional 4 Makassar, total arus penumpang kapal di musim mudik Lebaran 1444 H/2023 mengalami trend pertumbuhan sebesar 169 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Kali ini adalah mudik kedua yang dilakukan masyarakat pasca badai Pandemi Covid-19. Tahun lalu kami juga sudah membuka pintu mudik, namun masyarakat belum seantusias di lebaran tahun ini. Kondisi ini diduga memantik trend pertumbuhan yang cukup tinggi untuk arus penumpang kapal di musim mudik Lebaran kali ini," beber General Manager (GM) Pelindo Regional 4 Makassar, Suhadi Hamid.
Penumpang Kapal Laut Meningkat
Dia menyebutkan, hingga H-4 Lebaran tahun lalu, jumlah penumpang debarkasi dan embarkasi yang melalui Pelabuhan Makassar tercatat sebanyak 21.241 orang. Jumlah itu mengalami trend pertumbuhan sebesar 169 persen menjadi 35.896 orang di tahun ini.
Ia menjelaskan berbagai persiapan telah dilakukan pihaknya untuk mengantisipasi lonjakan arus mudik tahun ini. Seperti membuka posko angkutan lebaran terpadu 2023 sejak Kamis, 6 April 2023 bersama seluruh stakeholder di Pelabuhan Makassar untuk memudahkan koordinasi serta memberikan pelayanan yang terbaik khususnya bagi para pemudik yang melewati pelabuhan Makassar selama musim mudik lebaran.
Posko angkutan lebaran ini akan beroperasi selama 24 jam selama periode libur lebaran. Para pemudik yang membutuhkan bantuan atau informasi dapat menghubungi petugas di posko tersebut.
"Kami juga telah memperbaiki fasilitas di pelabuhan, termasuk Ruang Tunggu Sementara (RTS) untuk para pemudik yang membutuhkan tempat istirahat sementara," tukas Suhadi.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing