NU Sulawesi Tengah Bina Mantan Teroris Jadi Duta Perdamaian

Sebagai bentuk upaya pemberdayaan eks-napiter

Muhammad Yunus
Jum'at, 21 Oktober 2022 | 17:05 WIB
NU Sulawesi Tengah Bina Mantan Teroris Jadi Duta Perdamaian
Dua napi terorisme (berbaju putih) mengucap ikrar setia kepada NKRI di Aula Lapas Karanganyar, Pulau Nusakambangan, Kabupaten Cilacap, Selasa (16/8/2022). [Dok. Lapas Karanganyar]

SuaraSulsel.id - Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Sulawesi Tengah membina mantan/bekas narapidana teroris (napiter) menjadi duta perdamaian. Sebagai bentuk upaya pemberdayaan eks-napiter.

"Sekaligus menjadi satu pendekatan dalam menangkal penyebaran faham radikali dan terorisme," ucap Ketua PWNU Sulteng Prof KH Lukman S Thahir, Kamis, 20 Oktober 2022.

NU, kata Lukman, memiliki relasi dan akses yang kemudian dapat mempermudah upaya pemberdayaan dan pembinaan mantan narapidana terorisme.

Dengan relasi yang ada, kata dia, NU Sulteng akan mengusulkan ke Kementerian Agama agar menetapkan mantan napiter itu sebagai duta perdamaian.

Baca Juga:Tragedi Bom Bali 2002 Diangkat Jadi Mini Series, Tayang Tahun 2023

"Ada empat sampai lima orang yang kemungkinan akan kami usulkan ke Kementerian Agama untuk ditetapkan sebagai duta damai," kata Prof Lukman.

Prof Lukman yang merupakan salah satu peneliti aktif mengenai radikalisme dan terorisme, sejauh ini telah aktif melakukan pendampingan dan pembinaan terhadap eks napiter.

"Beberapa daru mereka telah kami bentuk dalam kafilah perdamaian," ujarnya.

Prof Lukman yang merupakan Pakar Filsafat UIN Palu mengatakan, dalam pembinaan dikedepankan tiga strategi untuk mendorong bekas napiter melakukan hal-hal baru setelah mereka keluar dari lembaga pemasyarakatan.

Tahap pertama, melebur diri bersama dengan bekas napiter sejak mereka masih berada di dalam lapas untuk mengenal mereka secara dalam dan turut merasakan penderitaan mereka.

Baca Juga:Menangkal Diri dan Lingkungan dari Teror dalam Buku Apa Agama Teroris?

"Ini dalam rangka membangun kepercayaan. Nah, dalam upaya membangun kepercayaan itu, saya lebih membiasakan diri untuk lebih banyak mendengar apa yang menjadi keluh kesah mereka ketimbang menggurui mereka," ujarnya.

Tahap kedua, yaitu membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh bekas napiter setelah keluar dari lapas, di antaranya mengembangkan keterampilan atau pemberdayaan apa yang bisa mereka lakukan. Dan tahap ketiga yaitu mengubah pemahaman mereka yang tadinya berfaham radikal menjadi moderat.

Ia menambahkan saat ini sebanyak 41 orang mantan napiter yang didampinginya dan rutin berkomunikasi dengan dirinya. Mantan - mantan napiter tersebut berada di Sulteng dan Surabaya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini