Kisah Peternak Ayam Petelur Asal Maros Jual Mobil dan Rumah Karena Harus Bayar Utang

Harga telur ayam ras mengalami kenaikan

Muhammad Yunus
Jum'at, 02 September 2022 | 13:29 WIB
Kisah Peternak Ayam Petelur Asal Maros Jual Mobil dan Rumah Karena Harus Bayar Utang
Ilustrasi: Peternakan ayam petelur milik Yoko Sumarno di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang [Suara.com/ Angga Haksoro Ardi]

SuaraSulsel.id - Harga telur ayam ras mengalami kenaikan signifikan. Bahkan kini di Kota Makassar sudah tembus Rp60 ribu per rak.

Namun, bagi sejumlah peternak, harga telur saat ini sebenarnya sudah wajar. Sebab, para peternak mengaku merugi selama ini.

Salah satu peternak ayam petelur asal Maros, Yusuf Madeamin mengaku tahun lalu adalah masa yang paling sulit bagi peternak. Mereka merugi besar.

Yusuf bahkan rela menjual mobil dan rumahnya karena terus merugi. Sebagian lahan peternakannya juga terpaksa ditutup.

Baca Juga:Siasat Penjual Kue Basah Tradisional Palembang Saat Harga Telur Masih Tinggi: Beli Telur Retak

"Peternak ini belum untung loh sekarang. Baru mengembalikan utang. Karena kerugian tahun sebelumnya. Kita sampai rela jual mobil dan rumah karena merugi terus," ujar Yusuf usai menggelar rapat soal kenaikan harga telur di Kantor Gubernur Sulsel, Jumat, 2 September 2022.

Ia mengaku kenaikan harga telur sebenarnya tak perlu dirisaukan. Toh, masyarakat masih punya pilihan protein, selain telur. Misalnya daging.

"Mending beli daging. Kan, tidak ada juga yang mau beli kalau telur mahal," ujarnya.

Cara tersebut dianggap lebih baik. Dibanding jika pemerintah menekan harga. Peternak lagi yang merugi, sementara harga pakan terus naik.

"Bulan ini saya menutup peternakan. Karena tidak sanggup lagi. Peternak masih berutang sekarang. Kami bertahan karena utang, bukan karena keuntungan," keluhnya.

Baca Juga:Harga Telur Ayam di Pasar Beringharjo Capai Rp30 Ribu per Kg, Pedagang Keluhkan Ini

"Peternakan kami sampai hari ini rugi bertahun-tahun. Kami belum pernah melihat lembaran biru di buku laporan, merah terus. Artinya kita berutang terus," kata Yusuf.

Yusuf mengaku permintaan telur belakangan terakhir memang cukup meningkat. Tak hanya di Sulsel, tapi juga dari provinsi lain, seperti Kalimantan, Maluku, dan Papua.

"Permintaan itu memang naik 20 persen. Sementara populasi ayam peternak berkurang. Banyak peternak yang gulung tikar, tutup karena pandemi lalu," jelasnya.

Mereka baru merasakan keuntungan jika harga telur per rak mencapai Rp50 ribu. Sebelumnya, harga telur di Sulsel hanya Rp43 ribu per rak.

General Marketing PT Charoen Pokhpand Indonesia Nasib Karokaro menambahkan, harga pakan naik karena pengaruh ekonomi global. Salah satu diakibatkan oleh invasi Rusia ke Ukraina.

Dua negara ini adalah penghasil terbesar bahan mentah pakan seperti kedelai dan konsentrat.

"Bahkan biaya kontainer naik. Sehingga bahan baku yang diimpor turut naik. Kita sampai sewa kontainer sendiri," ujar Nasib.

Masalah lain karena populasi ayam petelur yang terus menurun. Banyak peternak yang tutup. Sehingga produksi pakan juga menurun karena kurangnya permintaan.

Belum lagi bantuan sosial dari pemerintah tiga bulan sekali. Permintaan konsumen tak sebanding dengan stok yang ada.

"Permintaan yang meningkat karena bansos otomatis harga telur akan naik. Ini diakibatkan oleh program pemerintah itu. Tiga bulan dikumpulkan satu bulan, nariknya kan banyak itu. Nah, di satu sisi populasi ayam petelur menurun sampai 30 persen. Sementara untuk mengembalikan populasi perlu waktu yang panjang," sebutnya.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini