Disebutkan dalam hadis bahwa Idul Fitri tak lepas dari sejarah tradisi masyarakat jahiliyah yang memiliki kebiasaan khusus bermain dalam dua hari.
Kemudian, setelah Rasulullah mendapat perintah untuk menyebarkan Islam dan jalan kebenaran yang berasal dari Allah, tradisi tersebut berubah.
![Pelataran Masjid 99 Kubah Makassar dan pelataran wisata kuliner Lego-Lego di Center Point of Indonesia (CPI) dibanjiri warga Makassar yang melaksanakan Salat Idul Fitri, Senin (2/5/2022) [SuaraSulsel.id/Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/05/02/16529-masjid.jpg)
Dalam hal ini, Rasulullah mengganti hari raya masyarakat jahiliyah terlebih dahulu menjadi acara yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.
Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW, kaum jahiliyah dalam setiap tahunnya memiliki dua hari yang digunakan untuk bermain, ketika Nabi Muhammad SAW bersabda: kalian memiliki dua hari yang biasa digunakan, sesungguhnya Allah telah mengganti doa hari itu dengan hari yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR Abu Dawud & an-Nasa'i).
Sebelumnya, doa-doa tersebut diisi dengan acara pesta pora, tradisi mabuk-mabukan dan menari.
Konon, ini merupakan pengaruh budaya dari orang Persia kuno. Kemudian setelah turun kewajiban puasa Ramadan, Rasulullah merayakan perayaan tersebut menjadi hari raya Idul Fitri dan Idul Adha yang diperingati setiap tahun.