Delpedro Marhaen: Ade Armando Jadi Publik Enemy, Korban Ekspresi Publik

Ada rangkaian peristiwa yang menjadikan Ade Armando sebagai luapan emosi

Muhammad Yunus
Rabu, 13 April 2022 | 07:15 WIB
Delpedro Marhaen: Ade Armando Jadi Publik Enemy, Korban Ekspresi Publik
Penganiayaan terhadap Ade Armando [Foto: ANTARA]

SuaraSulsel.id - Juru Bicara Blok Politik Pelajar (BPP) Delpedro Marhaen mengatakan, ada rangkaian peristiwa yang menjadikan Ade Armando sebagai luapan emosi sekelompok orang. Saat penyerangan di depan Gedung DPR RI.

Kekerasan yang dialami oleh Dosen Universitas Indonesia, Ade Armando saat menghadiri unjuk rasa di DPR RI terjadi karena unsur sebab akibat. Meski demikian kekerasan untuk merespons perbedaan pendapat tidak bisa dibenarkan.

"Kami justru melihatnya lebih jauh lagi, dia bukan sebagai korban tindak kekerasan. Tapi dia korban dari ekspresi publik. Ekspresi publik atas tindakan dia di Twitter-nya, di videonya," kata Pedro kepada Suara.com, Selasa (12/4/2022).

Bahkan, kata Pedro kekerasan yang dialami oleh Ade Armando menunjukkan dosen sekaligus pegiat media sosial itu sebagai public enemy. "Dan yang paling utama adalah bahwa ini menandakan bahwa sebenarnya dia menjadi publik enemy. Dan dia menjadi public enemy dan itulah dampak yang dia terima," ujar Pedro.

Baca Juga:Blok Politik Pelajar: Pengeroyokan Ade Armando Terjadi Karena Sebab Akibat, Dia Jadi Public Enemy

Pedro menilai kemarahan itu adalah bentuk kekesalan massa terhadapnya. Karena beberapa kali terseret hukum karena pernyataan yang kontroversi. Namun prosesnya tidak pernah berlanjut.

"Yang perlu dicatat dan digaris bawahi, adalah tindakan seperti itu terjadi karena jalur hukum yang telah diupayakan oleh berbagai pihak yang merasa tersinggung atau merasa haknya terganggu oleh perbuatan Pak Ade Armando melaporkan dan memproses hukum beliau. Tetapi karena jalur hukum tidak bisa menyentuh dia, dia salah satu pendukung lingkar kekuasaan, sehingga jalur hukumnya tidak dapat menyentuh sehingga dia bisa bebas," kata dia.

Karenanya saat berada di tengah massa yang sedang berunjuk rasa, pihak-pihak yang merasa marah kepadanya meluapkannya emosinya secara membabi buta. Alhasil Ade Armando harus digotong polisi dalam keadaan hampir telanjang dan penuh luka.

Meski demikian kekerasan yang dialami oleh Ade Armando tidak dapat dibenarkan, kata Pedro. Kekerasan tidak dapat dijadikan untuk merespons perbedaan pendapat.

"Walaupun dalam hal berbeda pendapat, pandangan politik, dan sempat berseteru, beliau juga memiliki pandangan ideologi yang berbeda, dan beliau juga sering menjadi kontroversi. Tapi kami mengecam atau tidak sepakat dengan atas peristiwa kekerasan yang dialami beliau," tegas Pedro.

Baca Juga:Babak Belur dan Ditelanjangi Massa, Ucapan Lama Ade Armando Maklumi Aksi Polisi Banting Mahasiswa Diungkit Lagi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini