SuaraSulsel.id - Banyak umat muslim percaya bahwa melaksanakan salat dhuha bisa memudahkan segala urusan dan memperlancar rezeki. Banyak umat muslim yang rutin melakukan ibadah sunnah ini.
Benarkah salat dhuha adalah ibadah khusus untuk minta rezeki kepada Allah? Apakah ada lafal doa khusus dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?
Mengutip Muhammadiyah.or.id, definisi salat dhuha ialah salat sunnah yang dikerjakan pada permulaan siang, yaitu pada waktu naiknya matahari sampai matahari berkulminasi yaitu berada di tengah. Hal ini berdasarkan hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam riwayat Abu Hurairah:
Artinya: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mewasiatkan aku agar melaksanakan shalat dhuha dua raka’at. Dan ‘Itban bin Malik berkata: Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar ra di waktu pagi hari hingga siang mulai meninggi, lalu kami berbaris di belakangnya kemudian shalat dua raka’at.” [HR al-Bukhari]
Baca Juga:Niat Sholat Dhuha dan Waktu yang Tepat untuk Melaksanakannya
Salat secara etimologi berarti doa. Doa adalah keinginan yang ditujukan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Sedangkan secara terminologi, salat adalah ucapan dan perbuatan dalam bentuk tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Dalam pengertian terminologi ini, hakikat doa tidak terlepas dari salat, karena dalam ucapan atau bacaan yang dibaca terdapat permohonan kepada Allah. Sebagaimana tergambar dalam bacaan dan perbuatan salat. Betapa pelakunya merendahkan diri di hadapan Allah seraya mengakui keagungannya.
Terlepas dari jenis salat, baik itu salat fardhu maupun salat sunnah, pada hakikatnya salat bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Jika seorang hamba dekat dengan Allah, maka Allah akan mengabulkan doanya, sebagaimana firman Allah:
Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.” [QS. al-Baqarah (2): 186]
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat dipahami bahwa tidak ada salat yang khusus untuk meminta rezeki, termasuk salat dhuha. Namun demikian, hal itu tidak mengurangi kedudukan salat dhuha sebagai suatu ibadah sunat yang sangat dianjurkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Baca Juga:5 Keutamaan Salat Dhuha 6 Rakaat Dalam Islam, Apa Saja?
Adapun tentang doa salat dhuha yang sudah umum dibaca oleh masyarakat muslim. Itu tidak ditemukan di dalam kitab-kitab hadis maupun kitab-kitab fikih.
Kami tidak menemukan hadis yang menerangkan dan mengajarkan lafal-lafal atau doa-doa tertentu setelah selesai menunaikan salat dhuha. Sejauh yang kami temukan, lafadz doa tersebut ada dalam kitab Syarah Minhaj dan I’anatut-Thalibin.
Meskipun doa itu tidak berasal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal itu tidak berarti kita tidak boleh membaca doa tersebut setelah menunaikan shalat dhuha, karena doa itu tidak dibaca dalam salat. Yang tidak boleh adalah meyakini bahwa doa itu berasal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan harus dibaca setelah salat dhuha.
Di dalam ushul fikih kita mengenal lafaz amar (perintah) yaitu tuntutan yang mengandung beban hukum untuk dikerjakan. Setiap lafaz amar menunjuk kepada dan menuntut suatu maksud tertentu. Lafaz amar tersebut memiliki beberapa tuntutan, salah satunya adalah untuk doa. Amar yang diucapkan oleh seorang hamba kepada Tuhannya tentunya tidak dapat dikatakan sebagai amar dalam arti sebagai perintah. Oleh karena itu, amar yang terdapat pada lafaz “Wa in kâna harâman fa thahhirhu … ” adalah amar yang bermakna permohonan (doa).
Wallahu a’lam bish-shawab.
Sumber: Majalah Suara Muhammadiyah, No. 08, 2014