SuaraSulsel.id - Keengganan Turki mengelola Bandara Internasional Hamid Karzai Kabul Afghanistan, merupakan peluang bagi Indonesia. Agar kerjasama bidang transportasi Indonesia – Afghanistan dapat dibina.
PT Angkasa Pura dapat dipromosikan untuk mengelola bandara kebanggaan Afghanistan tersebut. Apalagi BUMN Indonesia tersebut telah diakui kredibilitasnya oleh dunia internasional.
Demikian disampaikan Wakil Sekretaris Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Muhammad Zaitun Rasmin, kepada jurnalis Sabtu (28/8/2021).
“Angkasa Pura telah digandeng perusahaan sejenis asal Korea Selatan, IIAC dalam rencana pengelolaan bandara di sejumlah negara. Ini menunjukkan bahwa kredibilitas BUMN kita diakui negara lain,” kata mantan dosen Islamic University of Tokyo ini.
Baca Juga:22 Negara Bahu Membahu Evakuasi Ratusan Ribu Orang dari Afghanistan, AS Paling Banyak
Pasca ditinggalkan militer pendudukan AS, Bandara Internasional Hamid Karzai Kabul membutuhkan pengelola baru.
“Penguasa de facto Afghanistan, tengah mencari negara maupun perusahaan asing yang bisa diajak kerjasama mengelola bandara tersebut. Kita yakin, Angkasa Pura bisa disetujui pemerintah baru Afghanistan untuk mengelolanya,” ujar Zaitun Rasmin, yang pernah bersama para tokoh ulama Indonesia, ditugasi pemerintah RI untuk memediasi perdamaian antara pemerintahan Afghanistan pimpinan Ashraf Ghani dengan pejuang Taliban.
Zaitun Rasmin menambahkan, bahwa menteri BUMN, Erick Thohir pasti siap menugaskan Angkasa Pura jika diminta pemerintah Afghanistan saat ini.
“Beliau (Erick Thohir) adalah visioner hebat yang bisa mengembangkan BUMN, termasuk Angkasa Pura, sebagai perusahaan yang diperhitungkan di mata internasional,”
Sebelumnya, pemerintah Turki masih ragu-ragu ketika perusahaan sipilnya diminta mengelola bandara Kabul.
Turki hanya siap jika yang ditugaskan adalah militer mereka. Tapi pemerintah de facto Afghanistan menolak tawaran militer Turki yang telah dianggap sebagai bagian dari NATO.
Baca Juga:7 Rekomendasi Film Komedi Romantis Indonesia, Bikin Senyam-senyum Sendiri
Menurut Zaitun Rasmin, “Orang sipil Indonesia tidak akan pernah takut ditugaskan di wilayah konflik. Karena kita cinta damai, dan di mana pun kita berada, pasti disukai warga setempat. Kita orang Indonrsia selalu berpikir positif, bahwa selama kita baik sama orang lain, pasti mereka juga baik sama kita. Nah, Angkasa Pura adalah representasi orang sipil yang siap jika ditugaskan di wilayah apapun keadaannya.”
“Bukti ketidaktakutan sipil Indonesia berada di tempat manaupun, ketika pada 2019 lalu presiden Joko Widodo, wapres Jusuf Kalla, dan para delegasi mediator perdamaian dari MUI Pusat, berani memasuki Afghanistan. Mereka bertemu dengan kelompok-kelompok yang bertikai, padahal sebagian besar pemimpin dunia, termasuk AS pun tidak berani, karena Afghnistan dianggap sebagai wilayah paling berbahaya di dunia,” jelas Ketua Umum Wahdah Islamiyah ini.
Pengelolaan Bandara Hamid Karzai Kabul oleh BUMN Indonesia, menurut Zaitun Rasmin, pasti berdampak positif bagi perdamaian internal yang selama dua tahun terakhir diperjuangkan oleh berbagai pihak di Afghanistan.
“Kita harus yakin, bahwa semua pihak di negara tersebut lebih percaya jika bandara kebanggaan mereka dikelola oleh BUMN Indonesia. Karena sejak dulu negara kita dikenal sebagai negara yang cinta damai, serta negara yang turut memediasi perdamaian di berbagai negara. Sebagai awalannya, menteri luar negeri, Ibu Retno Marsudi diharapkan bisa membuka kemitraan yang positif antara Indonesia dan Afghanistan mlalui pengelolaan bandara kebanggaan mereka,” kata Zaitun Rasmin.